Menurut politisi PDI Perjuangan yang menjabat anggota Tim Hukum Kampanye Nasional Jokowi-JK, Firman Jaya Daeli, tabloid itu adalah alat politik yang primitif karena menjatuhkan citra capres Joko Widodo dengan nuansa kebencian terhadap suku, agama, ras atau golongan tertentu (SARA).
Apalagi, beredar tuduhan bahwa Setiyardi adalah asisten dari Staf Khusus Presiden. Hal itu dikatakannya di diskusi "Hitam Putih Kampanye", di Cikini, Jakarta, tadi pagi
Staf Khusus Presiden Bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, Andi Arief, menanggapi pernyataan Firman itu lewat pesan elektronik (blackberry messenger).
"Kalau mau objektif, yang perlu dipolisikan itu, pertama, pernyataan Jokowi pada September 2012 yang menyatakan akan memimpin Jakarta selama lima tahun, dan ketika dilantik berada di bawah sumpah agama Islam dan Kristen bersama Ahok ketika dilantik Mendagri," kata Andi Arief, Sabtu (14/6).
Selain itu katanya, yang perlu dipolisikan adalah mantan wakil presiden, Jusuf Kalla, terkait pernyataannya dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta. Dalam rekaman yang beredar di publik beberapa waktu lalu, JK menyatakan Indonesia akan hancur kalau dipimpin Joko Widodo. Wawancara itu dilakukan jauh sebelum JK menjadi cawapres Jokowi.
Andi Arief tidak sepakat dengan rencana mengadukan Pemred Obor Rakyat itu.
"Belum berkuasa saja sudah mau main polisi-polisian, apa karena Sate Senayan-gate?" katanya.
Sate Senayan-gate yang disebut Andi itu merujuk pada kasus pertemuan antara anggota tim hukum Jokowi, Trimedya Panjaitan dengan perwira tinggi Polri, Komjen Budi Gunawan dan Anggota Komisi Pemilihan Umum, Hadar Gumay, pada Sabtu malam pekan lalu.
[ald]
BERITA TERKAIT: