Demikian disampaikan Wakil Ketua Bidang Strategi Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Romahurmuziy, dalam sebuah diskusi "Hitam Putih Kampanye" di Cikini, Jakarta Pusat, pagi ini (Sabtu, 14/6).
"Tabloid ini tidak terkait tim kami. Tapi setahu saya, yang dilakukan tabloid ini sudah banyak di media sosial," jelas politisi muda bernama beken Romy itu.
Terlepas dari itu, Romy menyatakan dalam Pilpres 2014 ini tingkat fanatisme pendukung calon tertentu sangat tinggi. Apalagi, kedua pasangan calon (Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK) mempunyai kekuatan yang seimbang.
"Dalam kondisi ini memang wajar kalau pendukung membangun fanatisme sendiri. Sama halnya kalau kita bicara mazhab. Di level pengikut biasa lebih fanatik dari yang didukungnya sendiri," ujarnya.
Terkait itu, ia meminta masyarakat membedakan antara kampanye hitam dan kampanye negatif. Kampanye hitam berisi fitnah dan melanggar hukum, sedangkan kampanye negatif berisi fakta yang digunakan untuk menjatuhkan citra sosok tertentu.
Ia mengatakan, tabloid
Obor Rakyat memang menimbulkan polemik. Namun, dia juga menilai ada beberapa media massa lain yang isinya lebih "mengerikan", namun karena distribusi dan pembacanya tidak merata jadi tidak dibicarakan terlalu banyak.
"Misalnya Majalah Sabili, judulnya lebih ngeri dibandingkan
Obor Rakyat. Tapi distribusinya tak baik dan hanya dibaca oleh penyukanya. Tapi kalau tabloid Obor Rakyat ini dibaca banyak orang dan merata, juga dibaca orang yang anti terhadap isinya, dan bahkan disebut kerja intelijen," terangnya.
Dia melihat, polemik akan tabloid tersebut dikapitalisasi sedemikian rupa untuk keuntungan pihak tertentu.
"Tapi yang pasti, tabloid ini bukan bagian dari tim kampanye nasional Prabowo-Hatta," ujarnya lagi.
[ald]
BERITA TERKAIT: