Pemimpin semacam itu akan membuat Indonesia tidak dipandang sebelah mata oleh negara lain.
"Permasalahan negara adalah permasalahan yang sangat kompleks. Presiden bukan hanya mengurus permasalahan sosial, ekonomi, dan budaya, tapi juga harus mampu menjadi panglima tertinggi pasukan militer seperti menjaga wilayah perbatasan negara," kata Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman, dalam siaran pers yang diterima redaksi (Senin, 26/5).
Jajat menilai, Indonesia tidak bisa terus menerus menyalahkan negara lain jika ada pencaplokan wilayah. Sesekali Indonesia haru instrospeksi diri karena telah gagal menjaga wilayah sendiri. Karena itu, rakyat memerlukan pemimpin yang kuat bisa menjaga batas wilayah negara dari rongrongan bangsa asing.
"Masa depan dan kehormatan negara juga akan ditentukan oleh siapa yang akan menjadi pemimpin, memimpin negara dengan jumlah penduduk yang begitu banyak serta wilayah yang sangat luas tidak mudah. Indonesia memerlukan pemimpin kuat dan berani agar Indonesia tidak lemah di depan bangsa asing," tandas Jajat.
Sengketa terakhir antara Indonesia dan Malaysia adalah terkait pembangunan mercusuar oleh pihak negeri jiran itu di wilayah abu-abu, atau masih disengketakan Indonesia-Malaysia, di Tanjung Datuk, sejak pekan lalu.
[ald]
BERITA TERKAIT: