Partai yang Didirikan Gus Dur dan Alim Ulama Jadi Wadah Machiavellians?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Senin, 26 Mei 2014, 12:56 WIB
Partai yang Didirikan Gus Dur dan Alim Ulama Jadi Wadah Machiavellians?
gus dur
rmol news logo Sudah diduga Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, akan membela diri jika ada yang mempertanyakan kenapa tidak mengajukan Mahfud MD (MMD) sebagai cawapres.

Dalam penjelasan ke pers, Muhaimin alias Cak Imin bersikukuh bahwa dirinya dan partainya tidak menyia-nyiakan Mahfud. Kata dia, ada tiga kandidat untuk diusung dalam Pemilu Presiden 2014, yakni Rhoma Irama, Mahfud, dan Jusuf Kalla (JK). PKB akhirnya memutuskan memilih JK. Tapi, karena tidak bisa mencalonkan JK sebagai capres, maka JK dimajukan sebagai cawapres mendampingi Jokowi.

"Saya sudah pernah memprediksi bahwa Imin akan menggunakan dalih itu jika ada yang mempertanyakan kenapa MMD tidak diajukan sebagai cawapres. Hakikatnya, PKB memang hanya memanfaatkan MMD dan Rhoma sebagai penggalang suara," ujar ilmuwan politik, Muhammad AS Hikam, dalam opini yang ditulisnya di akun facebook pribadi, Senin (26/5).

Menurut dia, berlaku peribahasa "habis manis sepah dibuang". Terbukti, Mahfud menyatakan dalam salah satu acara di televisi swasta, bahwa dirinya semula yakin akan diusulkan sebagai cawapres. Bahkan, ia pernah mengemukakan kepada media bahwa dirinya adalah cawapres usulan PKB-Imin. Namun kenyataannya nama yang muncul adalah JK.

"Statement Mahfud sama dengan laporan utama Majalah Tempo edisi terakhir, bahwa Imin hanya mengajukan mantan Wapres SBY tersebut dalam rapat koalisi. Dalam laput tersebut tidak ada berita bahwa PKB-Imin menyorongkan nama MMD, apalagi memperjuangkan dengan gigih Gurubesar Ilmu Tatanegara itu," ujar Hikam.

Dia katakan, ihwal Rhoma Irama malah lebih patut dikasihani. Raja Dangdut itu sudah pecah kongsi begitu PKB-Imin memutuskan gabung dalam koalisi dengan PDIP dan Nasdem. Lebih malang lagi, ia juga dianggap PKB-Imin tidak terlalu berperan besar dalam mendongkrak perolehan dalam Pileg.

Menurut dia, para pendukung PKB-Imin boleh saja memuji dan membanggakan siasatnya sebagai sebuah kepiawaian berpolitik. Tetapi kepiawaian yang demikian hanya bermanfaat pada diri sendiri dan kelompok kecilnya serta berjangka pendek. Bukan bermanfaat bagi rakyat, bangsa, dan negara dalam jangka panjang.

"Memori rakyat dan bangsa, khususnya warga nahdliyin, terhadap peristiwa "kudeta" terhadap almarhum Gus Dur kembali muncul dan, bahkan makin diperkuat serta ditambah lagi buktinya. Jika parpol yang dibidani oleh Gus Dur serta para alim ulama itu kini hanya menjadi wadah bagi para Machiavellians, alangkah sangat jauh meleset dari khittahnya," tulis Hikam.

Kata "Machiavellian" biasanya dikaitkan dengan penganut karya-karya Niccolo Machiavelli. Namun, penggunaan yang lebih umum berkaitan dengan kualitas seseorang yang moralitasnya jelek, penipu, licik, bermuka dua, atau itikad buruk.

Di ujung, Hikam pun mengajukan pertanyaan bernada introspeksi.

"Pertanyaannya adalah apakah partai tersebut perlu diselamatkan atau dibiarkan saja menjadi cacat dan catatan hitam dalam sejarah bangsa Indonesia?" ucapnya. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA