"Survei-survei di mata saya telah kehilangan kredibilitasnya karena salah meramal suara PDIP di pemilihan legislatif 2014," kata peneliti Lingkar Studi Perjuangan, Gede Sandra, kepada wartawan lewat pernyataan tertulis, Jumat (25/4).
Sebelum Pileg dimulai, kebanyakan lembaga survei, termasuk lembaga internal PDIP, meramalkan perolehan suara partai ini di kisaran 27 persen. Faktanya, sejauh ini cuma 18-19 persen.
"Mengingat rekam jejak baru saja melakukan overestimasi , jika ada lagi lembaga survei yang meramal pasangan Jokowi-JK meraih polling tertinggi di masyarakat, temuan ini perlu diragukan," tegasnya.
Malah kata dia, JK sangat mungkin menjadi faktor negatif bagi dalam tren dukungan untuk Jokowi di pilpres 2014. Melihat pengalaman Pilpres 2009, meskipun sudah didukung Golkar, Hanura, dan partai kecil lain, perolehan suaranya bersama Wiranto hanya 12 persen. Jauh sekali bila dibandingkan dengan SBY-Boediono 61 persen dan Mega-Prabowo 26 persen.
"Bukan tidak mungkin, sebagai eksesnya, kalau JK jadi cawapres maka perolehan suara Jokowi di 2014 akan lebih rendah dari Megawati di 2009," terangnya.
Hal itu tentu saja sangat menguntungkan kubu Prabowo Subianto (capres Gerindra), yang menurut salah satu lembaga penelitian di Australia telah mengikis jarak dengan Jokowi hingga 8 persen. Jika jarak menjadi hanya 5 perse, sangat mungkin situasi akan sangat buruk bagi Jokowi.
[ald]
BERITA TERKAIT: