"Terkesan seolah hari sumpah pemuda itu sudah kurang bermakna bagi generasi muda sekarang. Padahal, peran Sumpah Pemuda 1928 sangat besar dalam menginspirasi kemerdekaan dan mempersatukan bangsa ini," tegas anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat, kepada
Rakyat Merdeka Online, Minggu (27/10).
Menurut Ketua Fraksi Gerindra di MPR-RI ini, tidak dapat terbayangkan bagaimana bentuk Indonesia sesudah memproklamasikan kemerdekaannya tanpa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Bisa-bisa terjadi perpecahan hanya karena perbedaan bahasa.
Martin melanjutkan, peristiwa Sumpah Pemuda di Jakarta mempunyai andil sangat besar dalam mempersatukan bangsa ini. Sebanyak 750 pemuda dari berbagai suku, ras dan agama berikrar waktu itu untuk menjadi bangsa yang satu dan menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan. Padahal mayoritas yang hadir pada kongres pemuda di Jalan Kramat itu adalah anak-anak muda dari suku Jawa. Sehingga apabila diadakan pemungutan suara, pasti bahas Jawa-lah yang akan terpilih menjadi bahasa persatuan, bukan bahasa yang berasal dari melayu sebagai bahasa Indonesia.
"Demi kepentingan lebih luas, semuanya bersepakat bahwa bahasa melayu menjadi bahasa persatuan kita. Ini adalah contoh betapa kuatnya semangat persatuan itu dalam diri pemuda-pemudi masa dulu. Semangat seperti itulah yang perlu kita tanamkan pada generasi muda setiap memperingati hari Sumpah Pemuda," tandasnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: