Harga Melangit, Gita Wirjawan Tidak Memadai dan SBY Cuma Sigap Urus Partai

Presiden Harus Ambil Alih Komando!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Kamis, 11 Juli 2013, 12:31 WIB
Harga Melangit, Gita Wirjawan Tidak Memadai dan SBY Cuma Sigap Urus Partai
sby-gita wirjawan/net
rmol news logo Pemerintahan SBY-Boediono menunjukkan kegagalan sangat parah di bidang koordinasi dan kesiagaan mengantisipasi kenaikan harga bahan makanan pokok rakyat. Rakyat makin menjerit, setelah harga bahan bakar naik tinggi kini harga bahan pokok tak terkendali jelang perayaan hari besar Idul Fitri.

"Kegagalan di perencanaan dan koordinasi pemerintah. Semestinya supply and demand bisa diprediksi. Ramadhan itu kan berulang setiap tahun, bukan mendadak seperti bencana alam. Termasuk juga tindakan spekulan, yang sebagian besar memicu kenaikan ini. Kenaikan ini juga dipicu oleh wacana kenaikan harga BBM yang sempat berapa lama terlalu berlarut-larut," terang Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Erik Satrya Wardhana, kepada Rakyat Merdeka Online, Kamis (11/7).

Menurut dia, saat ini pemerintah sangat kelihatan sedang panik dan kebingungan. Ada kekurangan suplai yang parah di bidang pangan, dan pemerintah yang tidak pernah mengantisipasinya kini kebingungan hendak mengambil suplai dari mana.

"Sekarang mereka kebingungan. Demand meningkat dan supply turun, kemudian ada spekulan mainkan harga barang, pemerimntah kebingungan. Bahkan mau impor juga tidak jelas mau dari mana. Rakyat jadi korban lagi. Kalau dulu rakyat masih bisa makan nasi pakai sambal saja, sekarang bikin sambal saja sudah susah," ungkapnya.

Komisi VI mengamati Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, yang sudah mengambil langkah-langkah tertentu. Tapi tetap saja kinerjanya tidak memadai untuk meredakan gejolak pasar bahan makanan pokok.

"Ada langkah tapi tidak memadai. Karena ada pula kegagalan koordinasi. Ada beberapa komoditi yang kendali supply demand-nya tidak di satu tangan. Misalnya komoditi hortikultura, di komoditi ini terlalu banyak lembaga terlibat sehingga pengambilan keputusan lambat," sesal Erik.

Perencanaan dan koordinasi pemerintah lemah. Karena itu, seharusnya Presiden SBY tidak lagi cuci tangan akan kejadian ini. Dia sangat sayangkan, kesigapan SBY dalam mengurus perekonomian rakyat sehari-hari sangat jomplang jika dibandingkan dengan kesigapan SBY mengurus partainya sendiri.

"Di partai dia sigap sediakan diri sebagai ketua umum ketika Demokrat alami krisis. Sekarang, rakyat sudah sangat tertekan dengan harga. Harusnya dia cepat ambil alih komando, jangan dilepaskan lagi ke masing-masing lembaga pemerintah. Rakyat ini butuh makan dan mereka sedang tertekan," pinta politisi Partai Hanura ini. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA