Walau telah beredar sejak November lalu namun membicarakan kembali keberadaannya dinilai masih memiliki relevansi dengan keadaan sekarang, terutama setahun menjelang pemilihan presiden.
Tulisan Stella berangkat dari sebuah pertanyaan yang memang kerap disampaikan banyak kalangan: apakah Indonesia tengah mengalami krisis kepemimpinan. Dia menjawab sendiri pertanyaan itu: "Rasanya nggak mungkin banget."
Menurut Stella masih ada tokoh yang dapat diharapkan membangun Indonesia. Ia menggunakan kriteria tunggal untuk menyusun daftarnya, yakni nasionalis.
"Seorang nasionalis tidak akan mau mengkorupsi uang negara/uang rakyat. Seorang nasionalis juga pasti berani berjuang untuk rakyat, tak peduli apapun taruhannya. Seorang nasionalis pastilah juga cendekiawan, karena untuk bisa mengangkat derajat bangsa, dia akan selalu belajar. Dan cendekiawan sejati pastilah rendah hati tapi bukan rendah diri. Seorang nasionalis juga pastilah punya empati pada penderitaan rakyat, jadi nggak mungkin mau berfoya-foya, beli pesawat, dll. Jadi cukuplah satu itu saja kriterianya," urai Stella.
Juga menurut Stella, SBY dan pemerintahannya sangat alergi pada kesembilan tokoh yang ada dalam daftarnya itu. "Semoga sembilan tokoh ini mampu mengangkat Indonesia," katanya lagi.
Tokoh pertama dalam daftar Stella adalah DR Rizal Ramli. Mantan Menko Perekonomian dan Menteri Keuangan di jaman Abdurrahman Wahid itu dinilai sebagai tokoh yang paling ditakuti SBY. Pandangan-pandangannya pun dinilai sangat diperhatikan oleh pemerintah.
Gebrakan ide dan gagasan yang dicetuskan RR kerap membuat SBY membisu dan terkadang sama sekali tidak melawan. Rizal Ramli juga dinilai �"sangat gigih†memperjuangkan ekonomi kerakyatan.
Selanjutnya adalah mantan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Kwik Kian Gie yang seperti Rizal Ramli juga dikenal sebagi penganut ekonomi kerakyatan.
Prabowo Subianto ada pada urutan ketiga dalam daftar Stella. Meski kerap dikaitkan dengan peristiwa penculikan 1998, namun menurut Stella, justru Prabowo adalah antitesa SBY yang dikenal ragu-ragu.
Mantan Menteri Hukum dan HAM dan Menteri Sekretaris Negara di era SBY-JK, Yusril Ihza Mahendra ditempatkan di posisi keempat. Yusril dinilai memiliki kemampuan menyederhanakan bahasa hukum sehingga mampu dipahami rakyat dalam menghadapi kesewenangan negara.
Iwan Piliang seorang jurnalis-warga diletakkan pada posisi kelima. Adapun mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD berada pada posisi keenam. Mahfud MD dinilai memiliki keberanian menyindir kekuasaan langsung ke pusatnya, seperti saat ia mengomentari mafia narkoba di Istana.
Tokoh ketujuh yang dinilai paling ditakuti SBY adalah ekonom Ichsanurdin Noorsy yang juga termasuk dalam kelompok ekonom kerakyatan dan kerap bicara blak-blakan. Di posisi ke delapan adalah Said Didu, dan di posisi ke sembilan adalah pakar perminyakan Kurtubi.