Politisi Jangan Alay, Membebankan Semua Urusan kepada SBY

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Sabtu, 03 November 2012, 00:28 WIB
rmol news logo Ketua Umum Peradaban Indonesia (Perindo), Muslim Hafidz, mengatakan, ada politisi yang memanfaatkan secara politik dengan tendensi yang negatif mengenai kunjungan Presiden SBY ke Inggris dan mengaitkannya dengan bentrok antar warga yang terjadi di Kalianda, Lampung Selatan.

"Persoalan kerusuhan di Lampung  Selatan sudah ditangani oleh pemerintah daerah (Pemda) setempat, Kepolisian dan Menko Polhukam. Jadi baiknya politisi jangan alay semua urusan dibebankan kepada Presiden SBY," kata Muslim dalam siaran persnya, Jumat(2/11).

Menurutnya, urusan keamanan, ketertiban dan konflik horizontal yang terjadi bukanlah semata-mata tugas presiden yang harus secara langsung turun ke lapangan.

 "Harus diingat SBY ke Inggris menjemput prestasi pemerintah Indonesa. Kita harus bangga atas prestasi itu tidak semua negara atau presiden mendapatkan gelar penghargaan  dari Ratu Elizabeth II," imbuhnya.

Seperti diketahui, bentrokan antara dua warga desa di Kalianda, Lampung Selatan, menewaskan 14 orang, ribuan warga mengungsi dan puluhan rumah hangus dibakar. Sementara di saat bersamaan Presiden SBY melakukan kunjungan ke Inggris. Agenda kunjungan SBY selama tiga hari di Inggris antara lain adalah menghadiri pertemuan puncak The Asia-Europe Meeting (ASEM) dan menerima gelar "Knight Grand Cross of the Order of Bath" dari Ratu Elizabeth II. Presiden SBY beserta Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono, keluarga dan tamu senior diberikan kehormatan untuk menginap di Istana Buckingham, yang merupakan kediaman keluarga kerajaan Inggris.

Selain meluangkan waktu dengan Ratu dan Duke of Edinburgh, Presiden SBY juga bertemu dengan anggota kerajaan lainnya, termasuk Prince of Wales dan Duchess of Cornwall, bertemu dengan Perdana Menteri David Cameron dan Wakil Perdana Menteri Nick Clegg, serta pemimpin oposisi Ed Miliband. Kegiatan lain yang dilakukan Presiden adalah berbicara di Gedung Parlemen, Wilton Park dan makan malam kenegaraan di Istana Buckingham.

Sebelumnya sejumlah poltisi mengkritik kunjungan SBY ke London untuk menerima gelar Grand Cross In the Order of The Bath dari Kerajaan Inggris. SBY dinilai tak peka dengan konflik horizontal di dalam negeri. Penilaian demikian salah satunya disampaikan PDIP yang menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih mementingkan kunjungan ke London ketimbang menyelesaikan konflik sosial yang sedang terjadi di Lampung Selatan.

"Presiden saat ini menghadapi masalah dalam negeri tapi memilih kunjungan ke luar negeri. Menurut kami kunjungan ke Inggris tidak begitu urgen," ujar Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di DPP PDIP di Jakarta, Rabu (31/10).

Hasto berpendapat, kehadiran Presiden Yudhoyono selaku kepala negara di Lampung jauh lebih penting. Apalagi, bentrok di Lampung kerap berulang tanpa ada penyelesaian yang konkret.

"Mengapa ada konflik yang berulang, itu karena absennya pemerintah. Lebih baik SBY memilih datang ke sana untuk menyelesaikan masalah, tapi tak boleh bergitar di Lampung," tukasnya. [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA