Hal itu disampaikan Kapolri Tito Karnavian saat menghadiri Dialog bersama tokoh lintas agama di kantor Center for Dialog and Cooperation among Civilisations (CDCC), Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/8)
"Santoso kenapa sampai dikuburkan dan ratusan orang datang, bukan seolah membela ideologi radikalnya, tapi dia adalah pahlawan pada saat terjadi konflik," katanya.
Tito menjelaskan, di mata masyarakat tempat Santoso tinggal, dia dan kelompoknya dianggap paling berjasa karena berada di garda terdepan untuk melindungi masyarakat, utamanya umat muslim yang merupakan minoritas saat konflik Poso berlangsung.
"Di desa warga muslim yang menjadi minoritas, warga nasrani menyerang dan kelompok Santoso berada di garis depan membela. Jadi Santoso adalah pahlawan, apapun tugas belakangan menjadi radikal itu nomor dua, tapi nomor satu pada saat konflik dia melindungi mereka," demikian Tito.
[sam]
BERITA TERKAIT: