Rudi (36) warga Mersel, mengemukakan, keberadaan panti pijat esek-esek tersebut marak beberapa tahun ini di kawasan Meruya, lantaran sudah tidak ada lagi masyarakat ataupun ormas islam yang mengkritisi.
"Apalagi nggak ada pengawasan dari kelurahan. Praktek prostitusi seperti ini kan akan menyebarkan berbagai penyakit kelamin yang membahayakan,†tutur Rudi.
Warga lainnya, Julian al Rasyid (28) pun senada. Menurut dia, pihak kelurahan dan kecamatan yang memang lebih dekat dengan wilayahnya terkesan jelas bersikap tak perduli dan cenderung lepas tanggung jawab terhadap masalah itu.
"Kalau tidak segera ditertibkan, ini adalah pintu masuk AIDS ke daerah kami," ujarnya.
Penelusuran di lapangan, lokasi pijat esek-esek semacam ini bisa ditemui di sepanjang Jalan Raya Merupa dari perapatan Joglo hingga ke arah Puri Kembangan. Bahkan ada pula yang berada dekat dengan Kantor Walikota Jakarta Barat. Seperti dituturkan seorang warga yang pernah masuk di tempat tersebut.
"Saya pernah kesana, tempatnya di ruko- ruko dekat kantor walikota. Nggak enak saya sebutkan namanya. Tapi kalau masuk disana ada paket pijat aja, pijat plus- plus, sama dipijat cewenya dua," ungkap pemuda yang enggan disebut namanya itu.
[wid]Â