Pameran ini menampilkan berbagai artefak terkait Laksamana Cheng Ho, seperti diagram kapal harta karun, peta navigasi langit, peta maritim, cetakan batu Prasasti Kekaisaran Ming, serta koleksi porselen dan tembikar.
“Pelajaran dari sosok Cheng Ho adalah simbol perdamaian dan keterbukaan. Nilai-nilai inilah yang ingin kita angkat melalui pameran ini," kata Rano.
Menurutnya, pelayaran Cheng Ho tidak hanya mencerminkan kejayaan teknologi maritim Tiongkok kuno, tetapi juga semangat perdamaian, keterbukaan, dan pertukaran budaya yang menjembatani hubungan antarbangsa melalui jalur laut.
“Pameran ini merupakan wujud nyata semangat kolaborasi, refleksi warisan sejarah, serta nilai-nilai yang terus menghubungkan kedua bangsa,” kata Rano.
Rano berharap, pameran ini tidak hanya menyajikan koleksi bersejarah, tetapi juga mendorong pemahaman lintas budaya yang lebih dalam, serta mempererat hubungan jangka panjang antara Indonesia dan Tiongkok.
“Saya berharap pameran ini bisa memperkenalkan sejarah panjang hubungan Indonesia-Tiongkok, sekaligus memperkuat pemahaman lintas budaya melalui informasi seni,” kata Rano.
Pameran ini berlangsung selama sebulan pada 11 Juli hingga 11 Agustus 2025 atas kerja sama antara Dinas Kebudayaan DKI Jakarta melalui Unit Pengelola Museum Seni dan Shanghai Art Collection Museum.
Sebanyak 50 koleksi unggulan dari Tiongkok dan Indonesia dipamerkan dalam ajang ini sebagai bagian dari peringatan 620 tahun pelayaran pertama Cheng Ho, 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Tiongkok, 70 tahun Konferensi Asia-Afrika di Bandung, serta lima tahun hubungan sister city antara Jakarta dan Shanghai.
BERITA TERKAIT: