Ketua Umum Masyarakat Speleologi Indonesia (MSI), Petrasa Wacana, mengaku aneh dengan kebijakan pemerintah yang memberikan izin pendirian pabrik semen itu.
Menurutnya, pendirian pabrik semen bukanlah prioritas, mengingat Indonesia surplus semen. Sehingga tujuan pendirian pabrik untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar pendirian pabrik diragukan kebenarannya.
"Perlu dikaji ulang, karena Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gunungsewu adalah ekosistem yang berperan sebagai penyimpan air. Tentu kondisi sangat meresahkan karena mengancam kawasan karst,” terang Petrasa, dikutip
RMOLJateng, Rabu 29 Januari 2025.
Selain mengancam KBAK Gunungsewu, berdasarkan pengalamannya, Petrasa menilai berdirinya pabrik semen ini bisa menimbulkan konflik. Bahkan belum pernah ada masyarakat di sekitar industri pertambangan mendapatkan hidup lebih sejahtera.
Untuk itu Petrasa mendorong pemerintah untuk mengadakan kajian ulang terhadap izin pendirian pabrik semen yang telah dikeluarkan. Karena kehadirannya bisa menjadi ancaman bukan saja bagi kehidupan masyarakat tetapi juga lingkungan sekitarnya.
Terkhusus pabrik semen di lokasi tersebut tak hanya berdampak bagi kepentingan domestik, tetapi juga pada pandangan dunia terhadap karst Gunungsewu sebagai geopark dunia.
Di sisi lain, dokumen kelayakan lingkungan hidup yang dikeluarkan pemerintah Jawa Tengah, bertanggal 15 Juli 2024 itu menyebut PT Anugerah Andalan Asia (Anugerah) dan kapasitas pabrik maksimal 4,5 juta ton semen per tahun.
Penetapan luas konsesi tambang semen mencapai 123,32 hektare, meliputi Desa Watangrejo, Susi, dan Sambiroto, Kecamatan Pracimantoro.
Sementara untuk izin tambang batu gamping yang merupakan bahan baku semen, tertulis PT Sewu Surya Sejati.
Tambang ini berkapasitas usaha maksimal 4,2 juta ton gamping per tahun dengan lahan 186,13 hektare. Sebagaimana dokumen tertanggal yang sama, cakupan lahan tambang meliputi Desa Watangrejo, Suci, Gambirmanis, Joho, dan Petirsari, di Kecamatan Pracimantoro.
Sedangkan terkait data surplus semen yang diungkap Petrasa, Asosiasi Semen Indonesia (ASI) dari Kementerian PUPR menyebut, produksi semen terus meningkat dari tahun ke tahun, meski tren permintaan justru menunjukkan sebaliknya. Antara 2020-2023, tren pasokan semen berkisar 62-65 juta ton per tahun. Bahkan pada 2024 tembus hingga 85 juta ton.
Kondisi berbanding terbalik dengan permintaan pasar yang cenderung tak bergerak. Permintaan semen hanya antara 2,3-7,2 juta ton pada periode yang sama. Bahkan pada 2024, permintaan semen hanya 2,1 juta ton.
Sedangkan saat ini ada 17 perusahaan semen yang beroperasi, dengan rincian 13 perusahaan modal dalam negeri (76,5 persen) dan 4 perusahaan modal asing (23,5 persen).
BERITA TERKAIT: