Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra menekankan pentingnya menyelami rasa Bahasa Betawi.
“Perlu juga mencari padanan kata yang tepat agar pesan Al-Qur’an dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat Betawi,” kata Yahya dikutip Minggu (7/4).
Perwakilan Muhammadiyah, Prof. Agus menekankan bahwa pentingnya mempertahankan nilai sakral Al-Qur’an. Selain itu, harus ada langkah pasti agar terjemahan tersebut dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat Betawi.
Hal senada disampaikan Nurman Kholis dari BRIN. Dia mengungkapkan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi adalah kurangnya rujukan kamus yang valid untuk Bahasa Betawi.
“Para penerjemah dan juga akademisi dalam bidang bahasa Betawi sangat perlu menaruh atensi atas perlunya pengembangan kamus istilah keagamaan dalam bahasa Betawi untuk memudahkan proses penerjemahan," kata Nurman.
"Ditambah bahasa Betawi merupakan salah satu bahasa daerah terkenal di Indonesia dan sangat kental akan budayanya,” sambungnya.
Program penerjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Betawi juga diharapkan akan menghasilkan produk yang bermanfaat, seperti buku-buku dan kamus-kamus, yang dapat memperkaya warisan budaya Betawi dan memudahkan akses masyarakat Betawi terhadap pesan-pesan Al-Qur’an.
BERITA TERKAIT: