Deni mendapatkan beasiswa usai menyelesaikan S1 dari UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Studi Agama-agama bulan Juli 2019.
Di Roma, Deni Iskandar belajar tentang hubungan antar agama selama 6 (enam bulan). Spesialnya, di akhir studinya itu, ia mendapat kesempatan bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan, pada Rabu (28/6).
Kesuksesan dirinya mendapat beasiswa tak terlepas dari peran ibunya bernama Iyot (62). Sesaat sebelum berangkat ke Roma, Deni ingat betul pesan ibunya.
"Den, tidak apa-apa belajar di Roma, tapi ingat ya, kita ini Islam. Kata orang-orang yang ngomong ke Emak, di Vatikan itu Katolik semua, jadi awas jangan tertarik oleh materi, kita ini Islam," kata Iyot yang diingat Deni kala itu saat berpamitan untuk belajar di Roma.
Meski dikelilingi rasa kekhawatiran, Iyot pun memberanikan diri dengan mengantarkan Deni ke bandara saat itu
"Sepanjang hidup, sesekalinya emak melihat bandara ketika mengantarkan saya ke Bandara Soetta menuju ke Roma, Italia. Proses menuju Roma sangat lancar, Dan saya yakin bahwa hal itu terjadi karena emak merestui niatan kepergian saya ke Roma,“ kata Deni Iskandar dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Sabtu (26/8).
Masa-masa awal merantau di negeri orang, membuat Deni menjadi pribadi yang kuat dari sebelumnya.
Deni kerap mengingat perjuangan ibunya yang hanya berjualan nasi dan kopis di kios kecil yang berasa di Tanah Abang usai diceraikan ayahnya.
Kios kecil dan sederhana itu digunakan untuk jualan kopi serta nasi. Ia berjualan kopi 24 jam full. Ia dibantu saudaranya. Selama 21 tahun, ia menjual kopi dari harga mulai Rp 2.000 per gelas hingga Rp Rp 3.000. Harga yang normal untuk di pasar Tanah Abang. Hebatnya, meski kerja 24 jam, ia tidak lupa menenuaikan kewajiban agamanya.
Hiruk pikuk keramaian kota yang dilalui masyarakat setiao hari jadi saksi bisu kerasnya mencari uang di Jakarta.
Deni pun kagum dengan semangat dan keteguhan ibunya. Sebab dari hasil jualan di kios itu, Deni dan ibunya dapat memenuhi kebutuhan pribadi.
"Saya sangat tahu bagaimana perjuangan emak saya sebagai tulang punggung keluarga. Beliau tidak mau anak-anaknya mengalami kepahitan hidup seperti dirinya,” ujar Deni Iskandar.
Oleh karena itu, Deni yang juga salah satu murid dari Abuya KH Ahmad Muhtadi bin Dimyathi al-Bantani, ulama terkenal di Provinsi Banten, ingin menjadikan ibunya sebagai teladan dalam mengarungi kehidupan saat ini
"Saya ingin mempunyai mental seperti emak. Saya menyerahkan hidup kepada Allah. Apakah saya akan kembali ke Roma lagi, hanya Allah yang tahu,” demikian Deni.
BERITA TERKAIT: