Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengecewakan, Program Petani Milenial Besutan Ridwan Kamil Justru Bikin Peserta Merugi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Kamis, 02 Februari 2023, 14:55 WIB
Mengecewakan, Program Petani Milenial Besutan Ridwan Kamil Justru Bikin Peserta Merugi
Ilustrasi program Petani Milenial Jawa Barat/Net
rmol news logo Program Petani Milenial yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Ridwan Kamil tak seindah yang dipromosikan.

Kendati sudah memasuki gelombang kesepuluh, nyatanya Program Petani Milenial tak berjalan mulus. Justru pengalaman pahit yang dirasakan peserta Petani Milenial gelombang pertama.

Adalah Rizky Anggara, pemuda asal Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang harus rela menelan pil pahit akibat mengikuti Program Petani Milenial.

Ia mengaku kecewa terhadap program yang diinisiasi oleh Ridwan Kamil. Sebab, Pemprov Jabar seakan lepas tanggung jawab saat dirinya mengalami persoalan sampai terlilit utang.

Rizki bersama 19 orang lainnya merupakan peserta Program Petani Milenal Tanaman Hias Bacth 1 untuk kategori tanaman hias.

"Saya peserta Petani Milenial Tanaman Hias batch 1 komoditas tanaman hias yang berlokasi di Lembang bersama 19 orang lainnya. Waktu itu, serah terima simbolis tanaman hias secara virtual dengan Ridwan Kamil," ungkap Rizky, dikutip Kantor Berita RMOLJabar,/i>, Kamis (2/2).

Pria 21 tahun itu mengungkapkan, pihaknya telah mencium aroma kejanggalan ketika melakukan penandatanganan kerjasama (PKS). PKS itu dilakukannya dengan PT Agro Jabar selaku Avalist/penjamin dan CV Minaqu Indonesia selaku Offtaker di saat peluncuran Petani Milenal di Lembang pada 28 Juli 2021 silam.

"Saat launching ada sejumlah agenda termasuk penandatanganan PKS antara peserta dengan PT Agro Jabar. Kami diminta menandatangani perjanjian itu padahal belum tahu isinya seperti apa. Akhirnya penandatanganan itu dilakukan secara simbolis dan ditunda sampai acara selesai. Setelah acara selesai barulah kami melakukan bedah isi dari PKS," bebernya.

Persoalan ternyata dialami Rizky sejak awal realisasi skema budidaya tanaman hias. Dimulai oleh pengiriman indukan tanaman yang akan dibudidayakan mengalami keterlambatan.

Akibat keterlambatan ini tentu berakibat pada masa panen yang mundur. Selain itu, indukan yang diterima pun tidak sesuai dengan yang diharapkan olehnya.

"Kami seharusnya dapat 300 tapi dikirim dulu separuh, dan sisanya dikirim pada November 2021. Sudah ngirim telat, indukan tanaman hiasnya juga jelek, ampas," keluhnya.

Lebih lanjut, Rizky menerangkan, saat membudidayakan indukan itu, ternyata tanamannya terserang hama jamur. Namun, dirinya bersama rekan lainnya dengan berbagai cara berhasil panen pada Desember 2022.

"Panen pertama 9 Desember 2021, setelah 5 bulan budidaya. Tapi hasilnya hanya 1.046 tanaman yang bisa dipanen. Karena masih banyak tanaman yang dalam masa pemulihan," terangnya.

Dengan hasil panen pertama yang belum maksimal, Rizky pun dibuat kecewa pada panen kedua. Pasalnya, hasil panen kedua tidak dibayarkan padahal mengalami peningkatan jumlah tanaman.

"Panen kedua itu meningkat, 5.540 tanaman, per tanaman itu Rp 50 ribu, kalikan saja. Tapi kami tidak dapat uangnya," ucapnya.

Selanjutnya, pada 18 Maret 2022 diadakan rapat evaluasi setelah panen. Namun, pada rapat tersebut tidak menghasilkan notulensi alias nihil.

"Hasilnya apa? Nihil kita tidak mendapatkan apapun karena uangnya pun masih ghaib," kata dia.

Bahkan, pascarapat salah seorang rekannya dengan tegas ingin mengundurkan diri karena merasa frustrasi.

Kekecewaannya pun memuncak pada 21 Juli 2022 silam ketika CV Minaqu Indonesia menyatakan tidak melanjutkan kontrak yang berakhir pada 28 Juli 2022. Padahal, masih ada sekitar 6 ribu tanaman yang belum terjual.

"Juli 2022 itu panen keempat, tanggal 21 Juli evaluasi program sekaligus membicarakan kontrak yang akan habis. Di sini benar-benar puncak komedi. Offtaker memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak," tuturnya.

"Kami minta perpanjangan kontrak dengan dasar waktu 4 bulan hilang selama 4 bulan karena lambatnya pengiriman indukan dan jeleknya kualitas. Tanaman kami pun masih sangat banyak di greenhouse," imbuh Rizki.

Dalam menjalankan Program Petani Milenal, ia bersama 19 peserta lainnya menggunakan skema pinjaman dari salah satu bank. Para peserta pun mendapatkan uang senilai Rp50 juta, sementara pengembaliannya diatur oleh PT Agro Jabar selaku Avalist.

Sedangkan, produk tanaman hias yang dihasilkan akan ditampung oleh CV Minaqu Indonesia selaku offtaker. Akan tetapi, sistem itu tidak berjalan sebagaimana mestinya dan malah menghasilkan polemik.

"Total yang tidak dibayarkan offtaker itu Rp 1,3 milliar. Kami juga dikagetkan dengan adanya surat peringatan kedua dari bank terkait utang yang diterima oleh salah satu peserta rekan," bebernya.

Salah seorang di CV Minaqu Indonesia telah menyatakan akan melunasi utang ke bank terkait. Namun pada kenyataannya, utang itu tak kunjung dibayarkan.

"PIC CV Minaqu Indonesia berjanji untuk melunasi utang di 31 Januari 2023, tapi sampai kini belum ada pembayaran," tutupnya. rmol news logo article

EDITOR: AGUS DWI

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.