"Saya amati dari kemarin malam berjalan baik, dari aparat juga membantu dengan baik, baik dari keamanan lalu lintas dan keamanan lainnya, secara umum berjalan dengan baik,†ujar pembimbing masyarakat Buddha Kanwil Kemenag Aceh, Ketut Panji Budiawan dikutip dari
Kantor Berita RMOLAceh, Minggu (22/1).
Menurut Panji, setiap tahun baru Imlek, warga Tionghoa, khususnya umat Buddha selalu melakukan prosesi sembahyang dan bersyukur atas limpahan rezeki baik berupa uang, rahmat hidup dan kesehatan. Panji menyebutkan, perayaan imlek tahun ini merupakan kali pertama umat Buddha menjalankan perayaan dengan antusias, tidak seperti sebelumnya yang terkendala akibat pandemi Covid-19.
“Yang jelas kita taat asas, ketika Covid-19 tidak ada ritual yang mengundang kerumunan, ritual Imlek dulu dilaksanakan, tapi tidak seramai tahun ini,†ujarnya.
Panji mengatakan, perayaan imlek tahun ini identik dengan tahun kelinci air yang melambangkan penuh keberuntungan, pelimpahan rezeki dan kedamaian. Selain itu tahun kelinci juga melambangkan kesuksesan, dan kerukunan, kesetiakawanan tanpa ada musuh dan saling bantu membantu serta tidak ada rasa egois antar sesama.
“Umat kami memaknai penuh keberuntungan, karena setiap tahun pasti rejeki ada plus minusnya, kami berharap semua umat manusia tentunya warga Tionghoa lebih baik kesehatan, makin bertambah rezekinya berlimpah,†kata Panji.
Terkait toleransi kata Panji, dirinya sangat terkesan terhadap cara masyarakat Aceh saat menghargai perbedaan antar umat beragama. Menurut Panji, sejak puluhan tahun lalu, hingga kini tidak pernah terjadi konflik saat warganya melakukan ibadah.
“Secara pribadi sangat toleran, saya bertugas hampir empat tahun, belum pernah saya dengar ada gesekan yang membuat kami nggak nyaman untuk ibadah, situasi kondusif ini hendaknya dirawat dan terus dipertahankan,†demikian Panji.
BERITA TERKAIT: