Begitu penutuan Hasmurdi Hasan, penulis budaya Minangkabau, dalam webinar yang diadakan oleh Bakor Ikatan keluarga masyarakat Solok Selatan (Ikamass) pada Jumat malam (5/11).
Sayangnya, menurut Hasmurdi Hasan, Nagari yang ada dan tumbuh di Minangkabau sekarang berbeda dengan konsep Nagari yang tumbuh sebelum kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan, konsep Nagari tumbuh dan berkembang berdasarkan ikatan kekerabatan dan berdasarkan suku serta tradisi yang disebut Adat Salingka Nagari.
Sedangkan Nagari yang ada sekarang hanyalah merupakan wilayah adminitrasi pemerintahan dan telah mengalami banyak perubahan. Mulai dari zaman penjajahan Belanda, Nagari dijadikan wilayah Adminitrasi pemerintahan dalam Onderafdeeling, Deafdeeling, Residentie. Perubahan ini membuat peran adat dan tokoh adat semakin termarginalkan dalam masyarakat.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Harian Ikamass Mediana Sato mengatakan bahwa webinar semacam itu akan diadakan secara berkala dengan mengangkat tema-tema agama, ekonomi, sosial dan adat Minangkabau yang telah mengalami banyak perubahan karena arus modernisasi.
Selain itu, pada bgian akhir webinar, Elza Peldi Taher, yang bertindak sebagai
host mengatakan bahwa orang Minang harus kembali mempelajari adat dan budayanya yang makin tergerus oleh perubahan zaman.
Apa lagi banyak generasi mudanya yang kini tidak mengenal adat dan kebudayaannya sendiri. Karena itu para tokoh adat dan kaum cerdik pandai perlu membuat buku tentang adat Salingka Nagari, yang merupakan kekayaan kutural mereka.
Ia menambahkan, jika ada buku acuan bersama, pewarisan kebudayaan kepada generasi mudanya akan berjalan dengan baik, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak mengetahui tentang aturan adat di nagarinya.
BERITA TERKAIT: