Asep (42), seorang warga yang tinggal tak jauh dari Hotel Mutiara Carita yang kediamannya luluh lantah diterjang tsunami mengaku cuaca siang itu Sabtu (22/12) sangat cerah. Langit sama sekali tidak menampakkan akan turun hujan apalagi tsunami.
"Cerah, nggak ada mendung-mendungnya," kata dia saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, di komplek Hotel Mutiara Carita, Selasa (25/12).
Asep mengatakan, ia dan warga setempat biasa mendengar suara gemuruh seperti dentum meriam dari kejauhan, di tengah laut yang menunjukkan aktifnya Gunung Anak Krakatau. Sehingga warga setempat tidak menaruh curiga jika akan terjadi erupsi dan tsunami.
"Biasa kalau Anak Krakatau suaranya kayak mau hujan (geluduk)," ujarnya.
Menjelang Maghrib atau sebelum tsunami menerjang, kata Asep, suara itu makin sering terdengar. Namun karena warga sudah terbiasa tidak merasa janggal dengan fenomena alam tersebut. Ditambah cuaca pada malam itu tampak normal, hanya angin agak kencang khas wilayah pesisir.Beruntung, Asep selamat dan tidak terseret tsunami.
Sementara, Burhanudin (55), warga Desa Suka Negara, Kecamatan Carita mengaku sempat terseret tsunami yang diperkirakan setinggi empat meter. Menurutnya, karyawan gudang tempatnya bekerja banyak yang terseret tsunami.
"Jarak 200 meter dari tempat kerja ke pinggir pantai. Tapi selamat semua pekerjanya,†ujarnya.
[lov]