Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto menjelaskan, hingga akhir Desember 2018, pada umumnya terjadi sirkulasi monsoon angin Baratan di Indonesia.
Sedangkan, daerah lainnya didominasi angin timuran mulai dari Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Sementara di selatan ekuator didominasi angin dari selatan.
Siswanto menjelaskan, pola siklonik terbentuk di perairan Sumatera bagian Barat dan perairan bagian barat Kalimantan Barat.
Wilayah pertemuan massa udara terdapat di perairan Kalimantan bagian selatan, Sulawesi tenggara, Maluku, dan bagian utara Papua yang berpotensi untuk pembentukan awan-awan hujan.
“Umumnya daerah bagian barat Indonesia akan mendapatkan penambahan supply uap air karena aktifnya fase basah gelombang atmosfer MJO, sehingga awan-awan hujan lebih mudah terjadi,†ujarnya.
Terkait fenomena global El Nino, Deputi Bidang Klimatologi, Herizal mengatakan, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan sudah terpenuhi dari sisi menghangatnya lautan Pasifik, namun interaksi antara lautan dengan atmosfer belum terjadi di antara keduanya.
"Pergerakan atmosfer belum menunjukkan situasi yang biasa terjadi pada kondisi El Nino," jelasnya.
Herizal menyebutkan, pantauan BMKG, penghangatan suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur telah mengindikasikan El Nino Lemah yaitu >0,5 - 1,0℃. Samudera Hindia pada bulan akhir November 2018 menunjukkan kondisi dipole mode positif.
Sementara perairan Indonesia dalam kondisi normal, dengan pendinginan atau penghangatan suhu permukaan laut antara 0.5 s/d 1°C dari rata-rata normalnya.
Suhu muka laut mendingin terjadi di sekitar selatan Bali sampai Nusa Tenggara Barat, dan selat Makasar.
"Wilayah dengan suhu permukaan laut lebih hangat terdapat di perairan barat sekitar Sumatera bagian utara, Laut Timor, Laut Seram dan Laut Maluku," paparnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: