Bekas Terpidana Korupsi Jadi Calon Tunggal Walikota Bekasi

PDIP Kota Patriot Dorong Satu Nama

Selasa, 05 Desember 2017, 09:41 WIB
Bekas Terpidana Korupsi Jadi Calon Tunggal Walikota Bekasi
Mochtar Mohammad/Net
rmol news logo Eks terpidana korupsi, Mochtar Mohammad diputuskan bakal kembali bertarung dalam Pilkada Kota Bekasi tahun depan. DPC PDI Perjuangan Bekasi menyebut mantan Wali Kota Bekasi itu merupakan kandidat tunggal yang akan disampaikan ke DPP untuk mendapatkan rekomendasi partai.

Diketahui, Mochtar Mohammad adalah Wakil Wali Kota Bekasi periode 2003-2008. Setelah itu, M2, sapaan akrab Mochtar Mohammad menjadi Wali Kota Bekasi. Tapi, ke­mudian, M2 tersandung kasus korupsi APBD Kota Bekasi.

Pada 2012, ia dihukum 6 tahun penjara dengan denda 300 juta atas kasus korupsi itu. Setelah mendapat remisi, Mochtar bebas dari Penjara Sukamiskin, Jawa Barat, pada Juni 2015.

Kini, Mochtar Mohammad muncul lagi jelang Pilkada Kota Bekasi 2018. Dia mulai dijago­kan untuk untuk melawan calon incumbent Rahmat Effendi, yang dulunya adalah bekas wakil Wali Kota di masanya. "Faktanya Pak Mochtar men­jadi satu-satunya kandidat dari PDI Perjuangan yang mewakili konsolidasi politik pilkada dan usulan ini akan segera kami sampaikan ke DPP PDIP. Semua keputusan akhir ada di tangan DPP," ujar Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Bekasi, Tumai, dalam keterangannya, kemarin.

Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu Kota Bekasi, Nico Demus Godjang mengatakan, keputusan mengusulkan Mochtar Mohamad berangkat dari survei dilakukan partai. Menurutnya, dari empat kandidat mengikuti penjarin­gan, hanya M2 yang bersaing ketat dengan kandidat petahana, Rahmat Effendi. Tiga kandidat lainnya yakni Anim Imamudin, Ketua DPC PDIP Kota Bekasi, anggota DPRD Kota Bekasi, Lilik Hariyoso; dan dari ekster­nal, Engkus Prihatin.

"Jadi hasil surveinya cuma Pak Mochtar Mohamad bersaing dengan petahana. Untuk lainnya mohon pengertiannya. Ini bicara data," pinta Nico.

Nico menegaskan, dengan keputusan tersebut, M2 mendapat tugas untuk membangun koalisi. "Kalau bisa kita bikin head to head. Kalau head to head, kita pasti bisa menang," ujar Nico.

Mochtar menyerahkan kepu­tusan soal koalisi ataupun pen­damping dirinya di Pilkada Kota Bekasi kepada DPP Partai. Tapi, M2 mengaku, sudah berkomu­nikasi dengan hampir semua parpol dan sejumlah tokoh politik.

"PAN, PPP, DPP-nya sudah ketemu. PKS sudah berulang kali ketemuan. Dengan Golkar, Siti Aisyah juga sudah ketemu. Demokrat sudah ketemu," kata M2.

Dia optimis, bisa memenang­kan Pilkada Kota Bekasi. Hal itu berangkat dari kenyataan kalau partainya merupakan partai pemenang legislatif dan pernah menang di Pilkada Kota Bekasi 2008.

"Dulu kursi kita di bawah PKS tapi kita bisa menang Pilkada. Jadi saya yakin kita pasti me­nang," ulasnya.

Hanya saja, ia mengajukan syarat agar semua kader kom­pak, tidak ada yang bermain dua kaki dan tidak ada saling curiga. "Jangan ada main dua kaki. Kalau ada seperti itu patahkan kakinya," pungkasnya.

Dia mengaku, sebenarnya tidak mau lagi maju pada Pilkada Kota Patriot 2018. Tapi, PDI Perjuangan dan atas desakan sejumlah pihak, ia memutuskan maju lagi.

"Sebetulnya sih saya nggak mau maju, cuma ya tokoh-tokoh pada datang ke rumah, dari partai-partai, dan ormas-ormas mendorong saya agar mau dicalonkan di Pilkada (Kota Bekasi)," kata Mochtar.

Mochtar telah mendeklarasi­kan diri untuk maju lagi Pilkada Kota Bekasi 2018. Pada 1 Juni 2017, Mochtar telah mengambil formulir pendaftaran di Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Bekasi dan mengembali­kannys pada Selasa.

Mochtar mengatakan, alasan terkuat mencalonkan diri adalah untuk menjaga partai. Soalnya, kata dia, kader PDIP di Kota Bekasi belum ada yang kuat ber­tarung pada pilkada mendatang selain dirinya.

"Kalau ada orang PDIP yang kuat di Bekasi, saya nggak usah maju. Saya lebih baik bisnis saja," paparnya.

Dikatakan, sampai saat ini belum ada keputusan dari DPP PDIP terkait pencalonannya itu. Partai banteng moncong putih pimpinan Megawati ini akan membuat keputusan setelah melakukan survei pada Juli mendatang.

Di tempat terpisah, calon incumbent Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mulai terang terangan menyebutkan akan menggandeng Sutriyono dari PKS sebagai pendampingnya.

"Ya sepertinya begini (meng­gandeng Sutriyono) lebih nya­man," katanya, kemarin.

Disebutkan, sosok Sutriyono dianggap tepat. Apalagi, figur ini memiliki andil besar dalam seja­rah lahirnya Kota Bekasi. "Mas Tri saat itu pernah memimpin Paripurna DPRD Kota Bekasi dalam agenda penting," ujar Pepen, sapaan akrab Rahmat Effendi.

Tapi, rupanya manuver poli­tik Pepen dengan mengajak Sutriyono dinilai tak mempengaruhi kesepakatan koalisi Gerindra dangan PKS. Ketua Gerindra Kota Bekasi, Ibnu Hajar Tanjung menilai kehadiran dan statemen Sutriyono tak mempengaruhi kesepakatan koalisi merah putih yang su­dah ditandatangani pimpinan Gerindra dan PKS.

"Kami sampai saat ini masih memegang komitmen itu. Kalau statamen kader PKS ya silakan saja. Yang terpenting pemimpin kedua partai sepakat tetap berkoalisi," tegasnya. ***


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA