Dalam aksinya mereka protes kenaikan tarif Iuran Pemeliharaan Lingkungan (IPL) yang dinilai cukup signifikan, yakni hampir 40 persen. Mereka menuntut bertemu pihak pengelola GRR.
"IPL dari Rp 17.200 menjadi Rp 24 ribu per meter mahal sekali karena apartemen yang lebih keren yang lobinya nuansa kayak hotel saja Rp 16 ribu per meter," kritik seorang penghuni GRR, Nurwati kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (9/7).
"Contoh, Ancol Mansion Rp 16 per meter, Spring Hill Terace Rp 15 ribu per meter, Puri Emperium Kuningan baru Rp 15 ribu per meter," lanjutnya.
IPL ini belum termasuk penambahan beban biaya listrik yang disebut Listrik Area Bersama (LAB) ke masing-masing warga GRR. Padahal seharusnya hal operasional dan pemeliharaan area bersama, seperti LAB, jelas salah satu komponen IPL di dalam buku tata tertib yang dibagikan pengelola ke warga.
Nurwati menambahkan, pengurus P3SRS sekarang pernah melakukan aksi yang sama untuk meminta pertanggungjawaban P3SRS sebelumnya. Akan tetapi setelah terpilih menjadi pengurus, mereka menaikkan harga IPL dan tidak melakukan transparansi penggunaan anggaran secara menyeluruh. Semua aturan ini dibuat sendiri oleh pihak pengelola tanpa persetujuan pemerintah. Warga penghuni juga diancam dengan mematikan listrik dan air tempat tinggal mereka.
"Pengeluaran uang dari hasil IPL dan SK tidak bisa dipertanggungjawabkan," tegasnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: