Acara yang dimulai pukul 20.30 WIB itu sekaligus pengukuhan Simprug Golf 2 sebagai Kampung Gerak Bareng.
Hampir seluruh warga Simprug Golf 2 hadir, usai mengikuti salat tarawih.
Selain syukuran, acara juga diisi pembacaan ayat suci Alqur’an yang dilantunkan oleh anak-anak di atas panggung kecil dan sederhana serta pemutaran film dokumenter kejadian kebakaran yang terjadi di Simprug.
Ketika film diputara, tampak raut muka kesedihan dan keharuan dari warga. Tidak sedikit pula warga yang meneteskan air mata.
Kebakaran hebat yang menghanguskan seluruh wilayah tersebut seolah menjadi bagian dari kisah sedih perjalanan hidup warga Simprug Golf 2. Lebih dari 500 orang kehilangan tempat tinggal. Bencana yang terjadi tiga hari menjelang hari raya Idul Fitri tersebut menjadi catatan khusus bagi warga, yang terpaksa merayakan lebaran di bawah tenda-tenda pengungsian.
Belum lagi kering air mata mereka, ujian lain muncul menyusul. Intimidasi dari penguasa yang menginginkan mereka pindah dari tempat yang telah puluhan tahun mereka tempati muncul. Melalui perintah Walikota, warga kampung Simprug Golf 2 dilarang membangun kembali rumah-rumah mereka yang telah luluh lantak. Warga kampung Simprug rencananya akan direlokasi ke rumah susun, dengan alasan akan digunakan untuk pelebaran jalan. Daerah tersebut diklaim tanah milik negara
Setelah bencana kebakaran, datang lagi bencana yang tak kalah hebat, penggusuran.
Meski menyisakan cerita sedih, ujian berturut-turut ini tidak pernah menyurutkan kekuatan masyarakatnya untuk bangkit. 11 bulan pasca kebakaran, kampung Simprug Golf 2 telah berubah.
Kampung Simprug yang dulu terkenal gelap dan bikin ‘ngeri’ bagi siapapun yang melaluinya sebelum terjadinya kebakaran, kini telah berubah menjadi kampung dengan hunian yang terbangun rapi dan asri.
Pun begitu dengan ancaman relokasi dan penggusuran dari penguasa berhasil dimediasi oleh komunitas Gerak Bareng dan warga bersama DPRD DKI Jakarta dengan pemerintah daerah.
Menurut oleh founder Komunitas Gerak Bareng, Ahmad Zaki, kekompakan warga menjadi kuncinya. Seluruh warga sepakat tidak mau direlokasi.
"Selain atas ridho Allah Subhanahu wa ta’ala, bangkitnya kampung Simprug Golf 2 ini pasca kebakaran hebat dan ancaman penggusuran pasca bencana kebakaran tahun lalu, juga karena kekompakan dan semangat dari bapak-bapak dan ibu-ibu warga kampung Simprug Golf 2, yang bergotong-royong, bahu membahu membangun kembali kampung ini, tutur Zaki.
Di samping rumah-rumah yang dibangun saat ini tertata sangat rapi, jalan-jalannya juga lebih lebar dibandingkan sebelumnya. Pepohonan dan tanaman perdu telah tumbuh asri, serta lampu-lampu jalan yang menerangi kampung ini.
"Secara sosial, kampung Simprug Golf 2 warga semakin memiliki rasa kekeluargaan, rasa kebersamaan dan kekompakan yang semakin kuat," ujar Zaki.
Kampung Simprug Golf 2, sambung Zaki, terbangun karena nilai-nilai positif yang dimiliki oleh warganya. Nilai-nilai positif inilah yang kemudian menginspirasi komunitas Gerak Bareng untuk menamakan kampung Simprug Golf 2 sebagai Kampung Gerak Bareng.
"Kebaikan harus ditularkan. Maka, kampung Simprug Golf 2 ini sangat layak dijadikan sebagai pilot project dari kampung kebaikan," pungkas Zaki.
Untuk diketahui, Komunitas Gerak Bareng merupakan sebuah wadah di mana para pegiat kemanusiaan dari lintas komunitas dan lintas lembaga berkolaborasi untuk membantu menyelesaikan permasalahan social di masyarakat.
[wid]
BERITA TERKAIT: