Menemukan Kembali Ikan Pelangi Di Danau Sentani

Jumat, 22 Juli 2016, 09:55 WIB
Menemukan Kembali Ikan Pelangi Di Danau Sentani
foto :net
rmol news logo Pemerintah Kabupaten Jayapura, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) setempat, menggandeng Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk riset perikanan di Danau Sentani.

Demikian disampaikan pimpinan riset Kadarusman, yang saat ini ditugaskan di Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta.

Danau Sentani, terletak di jantung kawasan administratif Kabupaten Jayapura. Danau ini termasuk ekosistem lakustrin terluas (9,360 ha), terpanjang (26,9 km) dan terdalam (74 m) di Pulau Nugini atau New Guinea (Papua Indonesia dan Papua New Guinea/PNG). Secara Topograf. Danau ini diselimuti perbukitan dengan rumput savanah, terbentang mulai dari daerah Yoha hinga Jafuri.

Menurut Kadarusman, kerjasama riset di danau tersebut diilhami oleh kesuksesan Poltek KP Sorongdalam mengkarakterisasi sumberdaya ikan air tawar di Papua selama lebih dari satu dekade.

Dalam kurun waktu tersebut, Poltek KP Sorong telah memberikan kontribusi nyatanya dalam bidang ilmu pengetahuan perikanan dan iktiologi serta pengembangan kultivasi ikan-ikan endemik Papua melalui program domestikasi. Selain itu, kampus ini memiliki lebih dari 50 jaringan riset nasional dan internasional dalam konteks diversitas ikan-ikan tawar tropis yang mendiami kawasan Austro-New Guinea.

"Atas dasar semangat untuk menumbuhkan sinergi antar lembaga di Papua melalui pengkajian karakterisasi raibow fishes (ikan pelangi) di Danau Sentani, Balitbangda Kabupaten Jayapura menggandeng Poltek KP Sorong," ujar taksonom dan dosen Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) Sorong ini.

Menurutnya, ikan pelangi di Danau Sentani dan sistem drainase asosiatifnya terdiri dari lima spesies (tiga genera), yaitu Chilatherina Sentaniensis, C. Fasciata, Glossolepis Incisus, G. Pseudoincisus, dan Melanotaenia Affinis. Namun, kedua spesies Chilatherina masih menyisakan kontroversi taksonomik. Di sisi lain, beberapa populasinya terancam punah di alam akibat menurunnya fungsi ekologi dan ketidakseimbangan sistem predasi. 

Alhasil, populasi Lakustrin C. Sentaniensis dimasukkan ke dalam daftar spesies terancam punah, berdasarkan redlist(daftar merah) International Union for Conservation of Nature (IUCN)2012.

Mengutip Gerald R. Allen, iktiologis (ilmuwan perikanan) Australia, spesies karismatik tersebut terakhir dikoleksi pada 1954, dan gagal ditemukannya kembali sepanjang 1980-an. Kemudian ia menyatakan ikan pelangi Sentani kemungkinan besar telah punah dari alam.

"Berdasarkan fenomena tersebut, urgensi kajian diversitas-sistematika, domestikasi, dan konservasi ikan pelangi di danau Sentani, khususnya C. Sentaniensis, menjadi salah satu program prioritas penyelamatan spesies endemik di tanah Papua," terang Kadarusman.

Penelitian lapangan berlangsung April hingga Mei 2016, dengan mengoleksi 623 spesimen dari 44 populasi, yang ditangkap sepanjang sudut danau dan sistem sungai-sungai di sekitarnya (pegunungan Cyclops).

Hasil penelitian tersebut didiseminasikan pada 2 Juni 2016 di kampus Poltek KP Sorong. Dalam pemaparannya, tim telah menghasilkan peta (mapping) distribusi ikan pelangi di Danau Sentani, yang dilengkapi dengan foto ikan, nama jenis yang tervalidasi, lokasi keberadaan spesies, dan posisi titik koordinat.

Lebih lanjut tim menerangkan,terdapat empat jenis ikan pelangi yang mendiami Danau Sentani, yakni G. Incisus, G. Pseudoincisus, C. Fasciata, dan C. Sentaniensis. Namun tim mendokumentasikan fenomena biologis dalam konteks sistem ruaya, di mana hanya ikan pelangi Genus Chilatherina yang mampu menginvasi eksosistem sungai di pegunungan Cyclops dan mampu hidup bersama (co-habit) dengan M. Affinis, yang dikenal sebagai ikan pelangi yang mendiami sistem sungai di daerah pegunungan.

Pada konteks lain, Kadarusman dan tim memproklamirkan penemuan kembali (rediscovery) spesies karismatik C. Sentaniensis, yang telah dianggap punah sejak awal 1980.
Penemuan ini penting karena dilakukan oleh taksonom Indonesia, bukan peneliti asing, yang mengkiaskan kemandirian dan reputasi yang berasal dari SDM asal Papua.

Untuk pertama kalinya, tim riset mempublikasikan bahwa C. Sentaniensis belum punah, dan masih ditemukan di alam yang terdeteksi hidup bersama dengan dua jenis ikan pelangi lainnya, yakni G. Incisus dan C. Fasciata. Presensi spesies karismatik tersebut dapat ditemukan sepanjang 15 lokasi, baik sungai maupun sudut danau, mulai dari Distrik Heram hingga Distrik Waibu. Salah satu ciri khas dari karakter morfologi C. Sentaniensis yaitu memiliki kepala dan moncong kepala yang lebih panjang dibandingkan dengan C. Fasciata.

Namun demikian, menurut Kadarusman, kelangsungan hidup ikan pelangi Sentani didera oleh tekanan aktivitas antropogenik (polusi) dan spesies introduksi yang invasive, seperti African Chiclids danChanna sp.

Spesies introduksi saat ini dapat dianggap telah mendominasi spektrum air Danau Sentani, dan telah mengancam kelangsungan ikan-ikan asli danau tersebut. Di sisi lain, beberapa bagian Danau Sentani, yakni Distrik Sentani Timur dan Sentani, telah mengalamai tingkat pencemaran air yang telah melewati ambang batas (parameter kualitas air: oksigen terlarut, nitrat dan nitrit).

"Atas dasar tersebut, tim mengoleksi beberapa populasinya untuk didomestikasi sebagai cikal-bakal pengembangan budidayanya dan peruntukan konservasi atau reinforcement," tutup Kadarusman.[wid]

 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA