Kejadian berawal ketika empat pekerja menggali sumur bor yang ada di komplek tersebut. Saat melakukan pengeboran pada kedalaman 64 meter tiba-tiba gas menyembur bersama lumpur setinggi 35 meter. Semburan berlangsung hingga pukul 16.08 WITA.
"Akibat semburan gas dan lumpur satu bangunan gereja dan satu unit asrama gereja terkena lumpur," sebut Sutopo melalui rilis elektroniknya, Jumat (10/9).
BPBD Kota Balikpapan dibantu oleh TNI dan Polri telah melakukan evakuasi dan pengamanan TKP. Untuk pemantauan secara periodik (per jam) dilakukan oleh Pertamina dan PT. Total.
Sementara itu, hasil penelitian Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimamtam Timur terhadap kandungan semburan (H2S:0 persen, CH4:0 persen dan O2:20,9 persen) dinyatakan masih dibatas ambang normal.
"Tidak ada gas beracun. Gas dan lumpur aman terhadap lingkungan," ujar Sutopo.
Sutopo menambahkan, kejadian semburan gas dan lumpur pada saat ada pengeboran sumur oleh masyarakat di Balikpapan ini bukan kejadian yang pertama. Sebelumnya pernah terjadi juga. Termasuk di Samarinda dan daerah lain di Kalimantan Timur. Hal ini disebabkan adanya lapisan kedap air (impermeable) yang berada di atas air dalam sistem akuifer airtanah.
"Air yang tidak bisa keluar, lantas terperangkap dalam sedimen dan tidak dapat mengalami pembatuan (litifikasi)," terangnya.
Saat ada terjadi getaran dan sesuatu yang menembus lapisan endapan itulah maka dorongan untuk melepaskan tercipta sehingga akhirnya muncul semburan lumpur di permukaan
.[wid]
BERITA TERKAIT: