Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Jatilawang, Bambang Sucipto, mengatakan, tanda serangan hama ini sudah mulai terlihat pada akhir 2014 lalu saat padi masih periode vegetatif. Kini saat padi mulai berbuah, serangan baru tampak parah.
"Tingkat kerusakan yang ditimbulkan mencapai 20 persen di sejumlah lokasi," kata Bambang, Rabu (18/2).
Di lokasi yang mulai masuk musim panen, tiap hektar mengalami penurunan hasil penen antara 10 hingga 15 persen. Menurut Bambang, penurunan ini masih bisa ditolerir. Meski demikian, ia khawatir serangan akan bertambah parah pada MT-2 mendatang.
"Kalau tidak diantisipasi sejak dini, pada musim tanam berikutnya serangan wereng bisa tambah serius," tegasnya.
Padahal, kata Bambang, serangan wereng harus diantisipasi sebelum masuk periode generatif (pembuahan). Sebab, pada masa ini insektisida sudah tidak bisa menjangkau pangkal tanaman disebabkan rimbunnya batang padi.
Berbeda jika pengendalian dimulai dari periode vegetatif. Saat itu tanaman padi masih terhitung pendek dan belum terlalu rimbun. Selain itu, manajemen pengairan juga bisa dipantau agar tingkat kelembaban tidak berlebihan.
"Cuaca juga sangat berpengaruh terhadap tingkat serangan. Oleh sebab itu manajemen pengairan menjadi penting," jelasnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: