"Kurang lebih pukul 8 hampir pukul 9, kita dapat sinyal dari Australia yaitu pada koordinat 03°55'7"-110°24'8". Posisinya kalau dilihat di peta ada di antara sektor 7 dan 5," kata Bambang dalam konferensi pers di gedung Basarnas Jakarta beberapa saat lalu (Senin, 29/12).
Koordinat itu, sambungnya, tak jauh berbeda dari perkiraan awal posisi pesawat ketika kehilangan kontak.
Sementara itu, laporan kedua darang dari pesawat Uni Emirat Arab yang tengah terbang. Pesawat itu memberikan frekuensi posisi 121.5 dan koordinat 02°35'10"-207°23'22".
Basarnas pun kemudian melakukan pengecekan dengan sistem yang dimilikinya, yakni local usert terminal yang bisa menangkap sinyal. Sitem tersebut pun berhasil menangkap sinyal tersebut meskipun lemah.
"Kedua koordinat sudah kita cari dengan pesawat ataupun kapal," jelasnya.
Namun demikian, sambung Bambang, setelah ditelusuri, identitas alat yang memancarkan sinyal ternyata bukanlah Emergency Locator Transmitter (ELT) yang berada di pesawat, melainkan personal locator beacon (PLB).
Selain itu, jelasnya, pencarian baik melalui darat maupun laut tidak menemukan adanya serpihan ataupun bagian pesawat di koordinat tersebut.
"Kita juga melakukan pencarian dengan helikopter dan tidak menemukan bagian pesawat," sambungnya.
[mel]
BERITA TERKAIT: