Terakhir pada hari ini, tim gabungan menemukan lagi dua korban tewas yaitu seorang ibu dan anaknya. Dengan demikian ,total korban tewas berjumlah 95 orang dan 13 lainnya dinyatakan hilang.
"Pihak keluarga telah mengikhlaskan anggota keluarga yang belum ditemukan," demikian Kepala Pusat, Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho melalui
Blacberry Messenger, sesaat lalu.
Cuaca hujan, luas dan tebalnya timbunan longsor, dan ancaman longsor susulan menyebabkan pihak keluarga korban menyetujui penghentian pencarian korban. Selanjutnya, jelas Sutopo, fokus utama adalah penanganan pengungsi dan relokasi.
Saat ini terdata ada 2.038 jiwa pengungsi yang tersebar di empat kecamatan, yaitu di Karangkobar sebanyak 1.255 jiwa, Punggelan (613 jiwa), Banjarmangu (50 jiwa), dan Wanayasa (120 jiwa). Pengungsi di Kecamatan Karangkobar tersebar di 15 titik.
"Permakanan dan logistik untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi mencukupi. Selanjutnya relokasi segera dipercepat," tambahnya.
Berdasarkan pendataan terbaru bersama ahli waris dan ketua RT Dusun Jemblung, ada 35 kepala keluarga akan direlokasi ke Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Sebelumnya tercatat ada 22 KK. Sebanyak rumah 32 KK di antaranya tertimbun longsor dan sisanya rusak berat. Pemda setempat menyediakan lahan 1.000 hektar di Desa Ambal.
Selama perpanjangan status tanggap darurat sampai besok (Senin, 22/12), relokasi penduduk akan diprioritaskan. Kepala BNPB, Syamsul Maarif menyampaikan relokasi adalah proses yang kompleks yang lebih dari sekedar membangun kembali permukiman, namun lebih pada rekonstruksi sosial dari rumah, hubungan sosial, ekonomi dan mata pencaharian.
"Jadi harus direncanakan menyeluruh," terang Sutopo.
Sutopo memastikan, BNPB akan terus mendampingi Pemda Banjarnegara. Sebelum menunggu relokasi, masyarakat diberi bantuan untuk sewa rumah selama setahun, diberi jaminan hidup dan lainnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: