Demikian diungkapkan oleh pemerhati cagar budaya, Hizi Firmansyah, kepada
RMOL di Cilacap, Sabtu (27/9).
"Dalam kunjungan beberapa ahli geologi dan arkeologi setahun lalu, diduga situs ini adalah peninggalan budaya megalitikum yang kemungkinan besar seusia dengan Gunung Padang Cianjur," jelasnya.
Kendati demikian, kata Hizi, ada pula ahli yang menyatakan bahwa struktur batuan Gunung Padang Majenang sebagai proses alamiah akibat intrusi magma.
Terlepas dari pro dan kontra Gunung Padang Majenang sebagai peninggalan megalitikum maupun proses alamiah, situs purba ini perlu dilindungi. Pasalnya, situs berangsur rusak karena ulah manusia maupun alam.
"Ada batuan yang merupakan bagian situs yang sudah terbawa arus sampai 500 meter ke bawah. Soalnya, situs ini berada tepat di bawah bukit yang menjadi aliran air," jelasnya.
Situs yang ada di Desa Salebu Kecamatan Majenang itu sudah berpuluh tahun menjadi tempat persembahyangan masyarakat setempat. Situs ini mendapat perhatian dari pemerintah setelah ditemukannya Situs Gunung Padang Cianjur pada 2008.
"Situs ini memiliki juru kunci khusus yang diwariskan turun temurun. Juru kunci sekarang diwarisi oleh ayahnya. Sedangkan ayahnya diwarisi oleh kakek juru kunci sekarang," jelasnya.
Juru kunci Situs Gunung Padang, Suganda Sasmita, mengatakan sejak tahun 1800-an situs ini sudah diketahui oleh masyarakat dan menjadi tempat persembahan. Ada pula yang khusus datang untuk bersemedi.
"Sering ada tamu dari luar daerah yang ingin semedi di sini. Saya hanya mengantarkan. Soal semedi dalam hal apa saya tidak ikut campur," ujar Suganda.
Senada dengan Hizi, Suganda juga meminta agar pemerintah daerah memperhatikan situs ini sebagai cagar alam dan cagar budaya agar tidak terjadi kerusakan yang berkelanjutan.
[ald]
BERITA TERKAIT: