"Wacana pemekaran sudah muncul 10 tahun lebih. Proses studi banding, studi kelayakan wilayah, survei, dan proses politik juga sudah berlangsung. Tapi, nasibnya hingga kini masih terkatung-katung," kata Presidium Pemekaran Cilacap Barat, Dayu Wardhana, dalam keterangan pers, Sabtu (27/9).
Bahkan, kata Dayu, kendati wacana pemekaran wilayah Kabupaten Cilacap lebih dulu diproses namun soal hasil justru kalah dari Kabupaten Ciamis. Kini, Kabupaten Ciamis sudah berhasil memekarkan dua wilayahnya, yakni Kota Banjar dan Pangandaran.
"Padahal dulu teman-teman Pangandaran dan Banjar yang studi banding ke sini. Tapi kok mereka duluan yang bisa mekar. Aneh bukan?" ujarnya.
Menurut dia, proses pemekaran sebuah wilayah tidak hanya melalui proses teknokratis dan proses politik saja. Namun ada bagian penting lain yang tidak dilupakan, yaitu pengawalan oleh semua tokoh dan elemen pemekaran.
"Semua yang terlibat harus bersatu mengawal pemekaran. Jangan gontok-gontokan," ujarnya.
Seluruh elemen masyarakat yang terlibat pemekaran mesti konsolidasi agar fokus pada proses yang berlangsung. Ia juga meminta agar seluruh elemen yang terlibat tidak berpikir pragmatis politik maupun ekonomi.
"Jangan mendasarkan keinginan pemekaran pada pragmatisme ekonomi pribadi atau kelompok. Pemekaran adalah proses seluruh masyarakat wilayah Cilacap bagian barat yang juga akan dimiliki oleh masyarakat Cilacap Barat," tegasnya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada awal Sepetember lalu, mengisyaratkan kemungkinan pemekaran Cilacap barat. Tetapi rencana ini memerlukan persiapan matang terkait kondisi kelembagaan dan, demografi, sosiologi dan infrastruktur.
[ald]
BERITA TERKAIT: