Seperti yang dialami Hamidah, warga Lingkungan Jempong Barat, Kelurahan Jempong Baru. Wanita yang bekerja serabutan sebagai buruh kasar dan tukang sapu ini harus merogoh kantong lebih dalam.
"Sebelumnya hanya Rp 15 ribu. Sekarang sudah Rp 25 ribu," keluhnya dikutip dari
JPNN, Minggu (22/9).
Kenaikan yang cukup signifikan itu disebabkan kelangkaan gas sejak beberapa hari di lingkungannya. Warga hampir tidak bisa memasak karena kios-kios tidak menjual elpiji 3 kg. Akhirnya mereka harus membeli di wilayah Perampuan, Lombok Barat dan harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar Rp 10 ribu. Sementara harga gas eceran di kios-kios saat ini normalnya Rp 18 ribu.
"Tentu saja sangat memberatkan, kenaikannya terlalu tinggi. Tapi kalau tidak beli kami tidak bisa memasak," tuturnya.
Hamidah mengeluhkan harga bahan bakar yang sering mengalami kenaikan, baik minyak tanah maupun gas menurutnya sama saja. Awalnya ia berpikir setelah beralih ke gas, tidak akan ada kenaikan harga bahan bakar, namun kenyataaya naik juga.
"Saya semakin bingung dengan harga-harga saat ini, naik terus," katanya lagi.
[wid]
BERITA TERKAIT: