Angkutan Non Trayek Kuasai Transportasi Malam Warga DKI

Ancaman Kriminalitas Bayangi Penumpang

Selasa, 09 April 2013, 08:24 WIB
Angkutan Non Trayek Kuasai Transportasi Malam Warga DKI
ilustrasi, angkot
rmol news logo .Jakarta dikenal sebagai kota yang tak pernah “tidur”. Intensitas aktivitas masyarakat di ibukota dianggap paling tinggi dibanding kota lainnya. Sayang, pemerintah provinsi (Pemprov) DKI belum bisa menjamin keamanan angkutan, khususnya di malam hari. Ancaman kriminalitas di malam hari masih membayangi warga ibukota.

Dari pengamatan Rakyat Mer­deka, hingga lewat pukul 00.00 WIB (tengah malam) di be­berapa wilayah di Jakarta masih banyak masyarakat yang ber­aktivitas. Mereka umumnya para pekerja yang pulang. Seperti Rido, se­orang warga Depok yang ditemui di Persim­pangan Slipi, Palmerah, Jakarta Barat. Ia mengaku beker­ja di se­buah restoran pada pusat per­belanjaan yang tutup hingga le­wat tengah malam. Mau tak mau hampir setiap hari ia harus juga pulang sekitar pukul 02.00 WIB.

“Meski sudah biasa pulang seperti ini (lewat tengah malam), kadang ada juga perasaan kha­watir. Maklum, namanya juga Jakarta, kejahatan nggak kenal waktu, malam juga kalau ada niat dan kesempatan siapa saja bisa jadi korban,” ujarnya.

Rido setiap pulang maupun pergi bekerja selalu mengguna­kan trans­portasi umum.
Menu­rut­nya, trans­portasi umum di Jakarta memang mudah saat waktu-wak­tu biasa.
Namun saat lewat tengah malam, ungkapnya, amat sulit mencari transportasi umum.
“Kalaupun ada, biasanya bukan kendaraan resmi sesuai trayek yang seharusnya. Tarifnya juga lebih mahal dari waktu biasa,” ungkapnya.

Benar saja, dari penelusuran Rakyat Merdeka, ternyata trans­portasi umum dari arah Grogol me­nuju Cawang yang melewati Slipi bukanlah kendaraan  yang se­suai trayeknya. Mikrolet yang berhenti mencari penumpang justru kendaraan yang memiliki trayek di Jakarta Timur.

Supir mobil minibus berwarna merah ini mengaku sudah biasa mengambil trayek yang memang bukan seharusnya pada waktu lewat tengah malam. Ia mengaku bisa sampai tiga kali bolak-balik melewati 'trayek barunya' itu.

“Kita bayar, istilahnya uang trayek untuk bisa ngambil pe­num­pang di trayek ini. Lumayan juga hasilnya karena penumpang jam-jam begini masih banyak,” ungkapnya.

Anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, pemerintah daerah (pemda) setempat harus meres­pon kebutuhan masyarakat akan kebutuhan transportasi pada ma­lam hari. Menurutnya, selain sebagai kewajiban pemda yang diatur dalam undang-undang, penyediaan angkutan pada ma­lam hari juga bisa menjadi bisnis bagi para operator swasta.

“Selain di Jakarta yang masya­rakatnya pasti sangat butuhkan transportasi malam, wilayah di sekitarnya seperti Bogor. Depok, Tangerang dan Bekasi juga harus merespons dengan menyediakan transportasi malam yang meng­hubungkan masyarakat dari Jakarta,” ujarnya.

Selain hal tersebut, Tulus juga mengingatkan pentingnya faktor keamanan penumpang. Ia menilai perlunya menambah penga­ma­nan di sejumlah titik strategis lo­kasi berkumpulnya para penum­pang saat lewat tengah malam. Seperti diketahui, aksi krimi­nalitas di angkutan umum biasa­nya terjadi pada waktu malam hari dan biasanya yang menjadi korban adalah perempuan. “Ka­lau perlu ada petugas keamanan di dalam angkutan umum,” tandasnya.

Sebagai informasi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga berencana mengoperasikan bus Trasnsjakarta 24 jam. Hal itu dilakukan sebagai peningkatan pelayanan Transjakarta, selain terus menambah jumlah armada dan koridor, jam operasional bus Trans­jakarta juga akan ditambah menjadi 24 jam sehari. Dengan penam­bahan jam operasional ini, diha­rapkan dapat mengakomodir warga Jakarta yang beraktivitas dengan waktu yang tidak terbatas.

Transjakarta Bakal 24 Jam

Pengguna transportasi mas­sal, khususnya penumpang bus Transjakarta akan dimanjakan dengan peningkatan layanan operasional. Rencananya, bus Transjakarta di seluruh koridor akan beroperasi 24 jam.

Namun, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menegas­kan, pemberlakuan bus Transja­karta 24 jam masih harus me­nung­gu karena perbaikan bus-bus yang rusak.
"Nunggu, nunggu, nunggu, nung­gu. Bus yang ke­marin rusak itu diperbaiki, sele­sainya kira-kira 2-3 bulan. Di situ nanti buat yang malam hari pada jalur-jalur ter­tentu. Saya nggak hapal," ujarnya.

Untuk keamanan layanan ope­ra­sional 24 jam itu, Jokowi juga akan menempatkan Satpol PP. "Didampingi Satpol PP bisa, atau keamanan dari Transjakarta. Bisa lah, banyak pasti didam­pingi," janjinya.

Jokowi menuturkan, saat ini ada sekitar 30 bus yang sedang dalam perbaikan karena kondisi­nya sudah tidak layak. "Termasuk yang lama tidak dioperasionalkan dulu.
Kalau kondisinya sudah baik, dioperasionalkan malam hari," jelasnya.

Humas Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta Sri Ulina mengatakan, rencana penerapan operasional bus Transjakarta hingga 24 jam terus dimatangkan dengan mempersiapkan armada bus, pramudi dan penjaga tiket serta personil keamanan baik di halte maupun di dalam bus.

“Selain itu kita juga harus memperhitungkan efisiensi biaya operasional jika ada jam tam­bahan. Pasalnya, biaya untuk pe­nambahan operasional ini cukup besar," katanya.

Namun, untuk koridor mana saja yang berlaku 24 jam, pihak­nya masih memper­hitungkannya. Begitu juga soal waktu pene­rapannya. Sri menegaskan, rencana penambahan jam opera­sional bus Transjakarta sebenar­nya bukan rencana baru. 

"Kami sudah merencanakan ini sejak lama, namum pelaksanaan dan realisasinya belum bisa diterapkan karena beberapa ham­batan, terutama efisiensi dana. Pemprov DKI Jakarta saat ini me­mang sedang gencar ingin me­ning­katkan pelayanan transpor­tasi massal, supaya masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal, jadi wajib kita dukung," tandasnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA