9 Tahun Melayani, Kualitas Transjakarta Makin Jeblok

Jalur Busway Tidak Steril, Pasokan BBG Seret

Senin, 21 Januari 2013, 08:40 WIB
9 Tahun Melayani, Kualitas Transjakarta Makin Jeblok
ilustrasi/ist
rmol news logo .Sembilan tahun melayani warga Jakarta, layanan bus Transjakarta makin jeblok saja. Baik dari sisi jumlah penumpang maupun jarak tempuh antar bus (headway) yang semakin lama.

Demikian hasil penelitian Institut Studi Transportasi (Ins­tran). Dari pene­litian yang dila­kukan, terlihat memasuki bus Transjakarta ma­sih belum dapat keluar dari ber­bagai persoalan yang mendasar.

Direktur Eksekutif Instran Darmaningtyas menyatakan, se­lain jalur busway belum steril, ke­terbatasan armada dan pa­sokan bahan bakar gas (BBG) baik ku­an­titas maupun kualitas masih belum terselesaikan.

“Ini ber­dampak pada headway bus Trans­jakarta yang lama, mem­buat pe­numpang menunggu. Itu semua yang menyebabkan ke­ti­dak­pas­tian waktu tempuh,” ka­tanya di Jakarta, kemarin.

Menurut Darma, selama dua ta­hun terakhir, waktu tempuh bus Transjakarta justru semakin lama.

Berdasarkan hasil monitoring Instran, di koridor 1 (Blok M-Kota) pada 2011, waktu tempuh hanya mencapai 34,5 menit. Se­tahun kemudian naik menjadi 42,4 menit dan Januari 2013 men­capai 73 menit. Selisih waktu tem­puh selama dua tahun terakhir naik hingga 30,6 menit. Sedang­kan waktu tempuh terlama yakni pada koridor 8 (Lebak Bulus-Harmoni) yakni 203 menit.

Masalah sterilisasi makin berat karena adanya hasil keputusan rapat pimpinan (rapim) pada awal November 2007, juga me­nyum­bang ketidaksterilan jalur bus­way. Dalam keputusan terse­but, jalur busway diberlakukan sis­tem buka tutup dengan meng­gunakan diskresi polisi.

“Karena kebijakan itu, maka tidak ada satu pun koridor yang steril, termasuk koridor 1 (Blok M-Kota) yang menjadi percon­tohan,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Dar­ma­, masa tunggu penumpang juga semakin tidak jelas. Di koridor 11 (Pulo Gebang-Kam­pung Melayu) khu­susnya dari arah Pulo Gebang ke arah Perumnas mencapai 20 me­nit. Kemudian di koridor 10 (Tan­jung Priok-Ci­li­litan) hingga 17 menit, serta di koridor 8 (Lebak Bulus-Har­moni) 15 menit. Rata-rata masa tunggu di semua ko­ridor mencapai 2-3 menit.

Darma menyatakan, pening­kat­an kualitas pelayanan bus Transjakarta merupakan kunci dalam memperbaiki wajah ibu­kota yang tak pernah terlepas dari kemacetan lalulintas.

Dalam teori transport demand mana­gemen (TDM), lanjutnya, pe­ningkatan layanan umum me­rupakan prasyarat penerapan pem­batasan penggunaan ken­daraan pribadi.

“Mengingat kondisi Trans­jakarta yang memasuki usia 9 tahun dan selama ini selalu di­rundung masalah yang semakin kompleks, kami harap Jokowi-Ahok dalam dua tahun ini fokus membenahi bus Transjakarta,” pintanya.

Humas Institute for Transpor­tation and Development Policy (ITDP) Indonesia Putri Dina El-Amir mengatakan, awalnya bus Transjakarta men­jadi angkutan andalan Kota Jakarta. Tapi, se­te­lah 9 tahun beroperasi, ha­rapan itu  belum sepenuhnya da­pat ter­pe­nuhi.

Hal tersebut, kata Putri, terlihat dari 11 koridor dengan 26 rute yang telah beroperasi baru dapat melayani paling banyak 390.000 orang per hari. Selain itu, dari seluruh pengguna Transjakarta, baru 24,9 persen yang berpindah dari sepeda motor dan 10,3 persen yang berpindah dari mo­bil. Bah­kan jumlah penumpang Trans­jakarta berkurang hingga 3 persen dari sebanyak 114.783.842 orang pada 2011 menjadi 111.251.868 orang pada 2012.

BLU Trans Ngaku Malu

Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta Udar Pristono mengakui, pelayanan Transjakarta menurun dari tahun ke tahun.

Menurutnya, ada tiga pe­nye­bab menurunnya pelayanan Transjakarta. Yakni, masalah jalur yang tidak steril, ku­rang­nya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan armada bus yang kurang memadai.

“Memang seperti itu rea­li­tanya (menurunnya pelayanan Transjakarta). Ini jadi cambuk bagi kami. Nah, Gubernur DKI sudah menggenjot faktor ke­tiga. Nanti pertengahan Januari ini akan beroperasi lagi 102 bus baru,” katanya.

Terkait jalur yang tidak ste­ril, Udar menyatakan, per­lu­nya ke­sadaran pengguna ja­lan yang menggunakan mobil pribadi agar tidak memasuki ja­lur bus­way. Sebab, dengan ma­suknya kendaraan pribadi ke jalur ini, menurunkan jad­wal perjalanan, sehingga pe­num­pang akan mengantri la­ma dan terjadi penumpukan.

“Kami perlu dukungan ma­s­yarakat. Kalau masyarakat ingin bus itu nyaman, jalurnya jangan diserobot. Sudah jelas rambu terpasang ini khusus busway. Kalau diserobot, ba­gai­mana bus itu bisa maju dan jalan. Itu pen­ting,” cetusnya.

Kepala BLU Trans­jakarta M Akbar mengaku malu dengan menurunnya pe­layanan bus Transjakarta. Me­nurut Ak­bar, buruknya pe­layanan akibat ku­rangnya ke­sejahteraan pra­mudi dan awak bus lainnya.

“Hal ini dipicu dari makin berkurangnya pendapatan hasil operasional bus oleh pe­ru­sa­ha­an operator. Begitu juga tiket ma­sih menggunakan ker­tas yang disobek. Rencananya akan diterapkan tiket elektronik (e-ticketing),” kata Akbar. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA