Menurut catatan dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, pada September, negara ini mencatat jumlah kematian sebanyak 396 kasus, dengan hampir 80.000 pasien dirawat di rumah sakit, angka tertinggi yang dialami negara Asia Selatan itu.
Pada Sabtu (30/9), otoritas kesehatan melaporkan tambahan 14 kematian, termasuk delapan di ibu kota Dhaka. Dengan situasi yang juga belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
“Sepanjang tahun ini, kematian akibat demam berdarah telah mencapai angka 989, termasuk 639 di Dhaka. Sementara itu, kasus demam berdarah yang terkonfirmasi mencapai 203.406, dengan 2.425 pasien dirawat inap,” bunyi laporan dari otoritas tersebut, seperti dimuat
Anadolu Agency, Minggu (1/10).
Tahun sebelumnya, yaitu pada 2022, negara ini melaporkan 281 kematian akibat penyakit tersebut.
Kondisi tahun ini menjadi kondisi yang paling serius yang dialami Bangladesh sejak mencatat kasus demam berdarah pada 2000 lalu.
Meski begitu, pihak berwenang Bangladesh dikabarkan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi krisis ini, termasuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan, memperkuat infrastruktur perawatan kesehatan, dan meningkatkan upaya pengendalian populasi nyamuk yang menjadi vektor penyakit ini.
BERITA TERKAIT: