Hasil penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) September 2011 menunjukkan, mayoritas anak pada rumah tangga miskin berÂkisar 3-6 anak. Umumnya, kuaÂlitas pendidikan anak-anak meÂreka rendah. Data itu meÂnunÂjukÂkan, jumlah penduduk miskin di Indonesia yang tinggal di perÂkotaan mencapai 10,95 juta seÂbesar 29,98 persen.
Kesimpulannya, sebagian beÂsar keluarga miskin di permuÂkiman kumuh perkotaan justru punya anak banyak. Guna meÂneÂkan angka kelahiran di pemuÂkiÂman kumuh perkotaan di JaÂboÂdetabek, BKKBN mulai mengÂgalakan kepesertaan vasektomi lewat operasi minor gratis.
Selama enam pekan ini, BKKBN menggelar vasektomi gratis bagi laki-laki di 18 kecaÂmatan di perbatasan kota Jakarta dan dua provinsi, yaitu Banten dan Jawa Barat.
Kepala BKKBN Pusat Sugiri Syarief mengatakan, target akÂseptor vasektomi mencapai 50 orang di tiap kecamatan selama enam minggu. Program KB unÂtuk lelaki ini sebenarnya sudah dijalankan secara nasional.
Menurut Sugiri, program vaÂsektomi di daerah permukiman kuÂmuh adalah untuk pertama kali. Operasi vasektomi ini dilaÂkuÂkan di mobil pelayanan umum KB dari BKKBN yang bergerak.
Mobil keliling layanan KB diÂdesain menyerupai ruangan opeÂrasi minor dan parkir di lokasi-lokasi strategis di setiap kecaÂmatÂan tujuan seperti haÂlaman kantor kecamatan. KeÂgiaÂtan ini digelar pada Sabtu-MingÂgu. Mobil KB bergerak dari satu keÂcamatan ke kecaÂmatan lain.
“Program ini direncanakan berÂlanjut ke wilayah miskin atau kuÂmuh di kota-kota lain di seÂluruh Indonesia,†kata Sugiri yang kini juga membidik kaÂlangan remaja lewat program GenRe Goes to School di berÂbagai sekolah di seÂluruh IndoÂnesia, Jumat (1/6).
Satu kali operasi vasektomi, menurut dia, diperkirakan meÂnelan biaya Rp 550 ribu. “Ini cuÂma operasi kecil. Prosesnya haÂnya 10 menit saja. Masyarakat tidak perlu takut,†imbuhnya.
Untuk melaksanakan vasekÂtomi gratis di Jabodetabek, BKKBN mengoperasikan delapan unit moÂbil layanan KB keliling. SeÂtiap unit kendaraan dilengkapi dua dokter. BKKBN meÂnarÂgeÂtkan, 900 akseptor dalam progÂram vasekÂtomi gratis untuk masÂyarakat yang tinggal di daÂerah kumuh perkotaan.
Direktur Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus BKKBN M Yamin WaiÂsale meÂngatakan, program vaÂsekÂtomi gratis ini mengutamakan penÂduduk daerah kumuh perkotaan.
“Mereka rata-rata berasal dari pasangan usia subur yang sibuk bekerja dan berada di kelompok ekonomi menengah ke bawah. BKKBN kini lebih proaktif menÂdatangi mereka,†ujar Yamin di sela-sela peluncuran program vasektomi gratis.
Yamin mengatakan, syarat peÂserta adalah berusia 35-40 taÂhun, bersedia secara sukarela dan suÂdah memutuskan bersaÂma pasaÂngannya untuk tidak punya anak lagi.
Penggarapan KB di wilayah kumuh, lanjut Sugiri, bisa diÂjaÂdikan percepatan untuk meÂnuÂrunkan kasus peserta KB tidak terlayani (unmet need) di InÂdoÂnesia yang mencapai 9,1 perÂsen dari total peserta KB. Lewat teÂrobosan di wilayah miskin perÂkotaan ini, BKKBN berharap pada tahun ini bakal bertambah 7,3 juta peserta baru KB.
Sugiri menegaskan, BKKBN terus berupaya untuk memenuhi Jaminan Ketersediaan KonÂtraÂsepsi (JKK) di seluruh IndoneÂsia. Pemenuhan JKK ini dihaÂrapkan agar setiap PaÂsangan Usia Subur (PUS) mampu meÂmilih, mendaÂpatkan dan mengÂgunakan alat kontrasepsi.
“Jika konsep JKK tidak dijaÂlankan, maka ketersediaan alat kontrasepsi di tangan akseptor tidak terjamin. PUS tidak muÂdah memperolehnya dan kualiÂtasnya tidak baik,†kata Sugiri.
Kalau kondom, misalnya, diÂsimpan di bawah lampu neon maÂka kualitasnya berkurang. Hak-hak reproduksi PUS mesti terpeÂnuhi dan akan berimplikasi pada penurunan total fertility rate (angka total kelahiran) dan peÂningkatan contraceptive prevaÂlence rate (CPR). [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: