Pembubaran Ibadah Di Bandung Jadi Tragedi Intoleransi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 07 Desember 2016, 22:09 WIB
rmol news logo Pembubaran paksa kegiatan ibadah Natal di Gedung Sabuga ITB, Bandung oleh kelompok yang mengatasnamakan diri Pembela Ahlus Sunnah (PAS) pada Selasa kemarin (6/12) disebut sebagai tragedi intoleransi.

"Ini adalah tragedi intoleransi. Di mana, nilai-nilai sakral kegiatan peribadatan hari besar keagamaan tidak lagi dihargai dan dihormati," ujar anggota Komisi III DPR RI Masinton Pasaribu kepada wartawan di Jakarta, Rabu (7/12).

Menurutnya, negara harus benar-banar hadir dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada setiap warga negara dalam melaksanakan ritual ibadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Apalagi, khusus dalam perayaan hari besar keagamaan yang disakralkan setiap tahun, seperti Natal, Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad, Isra Miraj, Waisak, Galungan, Imlek serta lainnya.

"Aparatur negara tidak boleh kalah dan tunduk pada tekanan sekelompok massa, dengan cara semena-mena menghentikan prosesi ibadah keagamaan," beber Masinton.

Politisi PDI Perjuangan itu menilai, dalih pelanggaran Undang-Undang Penataan Ruang dan Peraturan Bersama Menteri yang dituduhkan pihak PAS sangat tidak berdasar. Karena penggunaan ruangan Gedung Sabuga ITB dalam perayaan tahunan keagamaan bersifat hanya saat hari itu saja.

"Bukan permanen atau setiap saat. Sama halnya dengan seluruh umat beragama di Indonesia yang melaksanakan prosesi ibadah di luar tempat ibadah pada saat perayaan tahunan keagamaan. Dengan saling menghormati dan menghargai," tegas Masinton. [wah]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA