Menurut Soemandjaja, berita tertangkapnya Wakil Bendahara Umum Partai Demokrat itu awalnya sangat simpang siur.
"Terus terang agak
shock enggak pernah dengar kayak begini. Biasanya pergerakan tiap anggota termonitor, tapi ini enggak tahu sama sekali," kata Soemanjdaja kepada wartawan, Senin (4/7).
Ia mengungkapkan beberapa koleganya di komisi hukum DPR sudah mengunjungi Putu usai diciduk KPK. Dia sendiri masih mencari waktu tepat menjenguk Putu bersama anggota Komisi III lainnya.
"Kemarin kami mau kesana, tapi kami diundang buka puasa bersama Kapolri dan presiden. Usai acara mau kesana, tapi saya pulang," ujar politikus senior Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Meski ada nuansa politik mewarnai kasus yang menimpa Putu, Soemandjaja pribadi mengaku tetap menghormati hukum. Lebih dari itu ia berharap kasus Putu ini disusul pengungkapan perkara korupsi yang lebih besar oleh KPK.
"Kami percaya dengan KPK dan penegakan hukum. Mudah-mudahan ini memotivasi untuk (kasus) yang lebih besar," tegasnya.
I Putu Sudiarta diciduk KPK pada Selasa malam (28/6) pukul 21.00 di kawasan perumahan anggota DPR RI, di Ulujami.
Penangkapan Putu terkait kasus suap dalam rencana pembangunan 12 ruas jalan di Sumatera Barat yang anggarannya berasal dari APBN-P 2016.
Ada lima orang lain yang diamankan KPK selain Putu Sudiarta yaitu Noviyanti (Sekretaris Putu), Muchlis (suami dari Noviyanti), Suhemi (pengusaha), Yogan Askan (pengusaha), dan Suprapto (Kepala Dinas Prasarana, Jalan, Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat).
Dalam operasi tangkap tangan tersebut, KPK menyita barang bukti uang suap sebanyak 40.000 dolar Singapura dan Rp 500 juta dalam bentuk bukti transfer dari rumah Putu di kompleks perumahan anggota DPR RI di Jakarta.
[ald]