Beberapa nama juga telah mencuat, seperti mantan Wakil Kepala BIN As'ad Ali, mantan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, bahkan tak menutup kemungkinan PDI Perjuangan ikut mengajukan nama Tubagus Hasanuddin
Menurut Sekjen Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (Pekat), Bob Hasan, presiden mesti berhati-hati dalam memilih kepala BIN. Bob menilai seorang kepala BIN merupakan mata dan telinga presiden untuk menentukan kebijakan dalam maupun luar negeri
"Kalau kementrian masih bisa diinterfensi dari orang-orang disamping presiden, untuk kepala BIN, presiden harus bisa menentukan sikap dengan hati, karena BIN mencakup, keamanan negara dan stabilitas negara Indonesia. Bukan melihat siapa namanya, tapi pola pikir BIN yang tidak terkontaminasi parpol atau kekuatan politik manapun. Jadi presiden bisa mengetahui yang dihadapi Indonesia seperti apa," ungkap Bob dalam diskusi 'menebak kepala BIN' di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/5)
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Barisan Umat islam Kaffah (BUIKAFF), Syarief Hidayatullah menilai, calon kepala BIN haruslah memiliki pengalaman di dinas rahasia. Selain itu harus yang berlatar belakang militer.
"Sipil baik. Tapi militer lebih baik lagi. Sebab ini terkait koordinasi nantinya," kata Syarief
Dikatakannya, Bekas Wakil Kepala BIN As'ad Said Ali memiliki kredibilitas dalam di dunia intelijen, dengan alasan As'ad dipercaya menjadi wakil kepala BIN selama tiga kali di kepemimpinan pemerintahan yang berbeda. Namun, lanjut Syarief, tantangan yang mesti dihadapi As'ad adalah membangun komunikasi dengan militer.
Calon berlatar militer yang menurut Syarief cocok jadi Kepala BIN adalah Jenderal (Purn) Tyasno Sudarto dan Letjen (Purn) Sutiyoso.
S‎utiyoso lanjut Syarief, mampu dan berpengalaman. Tetapi latar belakangnya sebagai politisi parpol menghambatnya. Kepala BIN kata Syarief, sebaiknya tidak boleh dari parpol karena nanti ada konflik kepentingan.
"Keduanya baik. Pak Tyasno paling pas. Dia sudah jelas tak diragukan Indonesianya, sangat anti kapitalisme dan liberalisme. Kepala BIN kan akan jadi garda penjaga kepentingan nasional," ujarnya.
‎Diterangkan lebih lanjut, Tyasno Sudarto dengan Jokowi punya hubungan baik. Dua kali Jokowi minta restu ke Tyasno saat maju menjadi Gubernur dan Presiden.
"Selain itu, semua jenderal hampir ada cacat soal pelanggaran HAM. Pak Tyasno sangat bersih. Ham‎pir tidak ada kasus yang menyertainya. Sebagai KASAD sukses. Dia juga kredibel mencegah dan memberantas terorisme," tutupnya.
[sam]
BERITA TERKAIT: