Penetapan Tersangka Dua Guru JIS Diprotes Hotman Paris

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Minggu, 13 Juli 2014, 21:40 WIB
Penetapan Tersangka Dua Guru JIS Diprotes Hotman Paris
hotman paris hutapea/net
rmol news logo Keputusan penetapan dua guru Jakarta Internasional School sebagai tersangka oleh Polda Metro Jaya diprotes kuasa hukum JIS Hotman Paris Hutapea. Ia menganggap, polisi tidak memiliki dasar hukum kuat dalam penetapan itu.

"Oh my God! Di hadapan puluhan kedutaan negara asing yang warganya sekolah di JIS (murid dari 61 negara) dan di hadapan dunia, sedang dipertontonkan perlakuan terhadap warga negara asing yang dijadikan tersangka," tegas pengacara nyentrik ini dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (13/7).

Menurut Hotman, tidak ada saksi dan bukti kuat dalam penetapan itu. Pengaduan dari pelapor dan pendapat dari psikolog bukan merupakan bukti dalam tindak pidana. Apalagi, setelah empat bulan berjalan, pendapat psikolog berubah arah dari ke tersangka petugas cleaning service ke guru.

Soal tali yang disita Polda Metro, kata Hotman, juga tidak bisa dijadikan dasar. Sebab, tidak ada saksi yang melihat tali tersebut dipakai untuk apa. Lalu, mengenai kamera, Hotman juga menganggap bukan bukti.

"Kamera tersebut disita penyidik secara acak dari gedung JIS. Para terlapor (guru JIS) dan kuasa hukumnya bolak-balik menanyakan ke penyidik bukti foto di kamera apa ada memuat foto sodomi. Anehnya, penyidik tidak pernah menunjukkan bukti foto sodomi dalam kamera, karena memang tidak pernah ada," tegasnya.

Periset bidang psikolog Catherine Thomas juga mengingatkan agar polisi berhati-hati dalam menangani anak-anak yang mengaku menjadi korban pencabulan. Banyak sekali hasil penelitian yang membuktikan bahwa anak-anak dapat dengan mudah dikondisikan agar bercerita tentang kejadian buruk yang sebetulnya tidak pernah mereka alami. Kekeliruan ingatan atau false memories bisa saja diceritakan oleh anak-anak sebagai sesuatu pengalaman yang betul-betul terjadi.

Selain itu, teknik yang keliru yang digunakan dalam proses interogasi formal dan non-formal (misalnya yang dilakukan oleh orang tua) juga dapat membawa proses penyelidikan pada kesimpulan yang tidak sesuai dengan kenyataan. [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA