Informasi tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Ukraina, Andriy Sybiha dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
Reuters, Minggu, 9 November 2025.
Menurut pejabat Ukraina, Rusia berupaya memperkuat pasukannya dengan merekrut warga asing dari berbagai negara, termasuk Afrika, sering kali melalui cara-cara yang dinilai menyesatkan.
Sybiha menyebut kontrak yang ditawarkan kepada para perekrut sebagai setara dengan hukuman mati.
“Warga asing di tentara Rusia memiliki nasib yang menyedihkan. Sebagian besar dari mereka langsung dikirim ke apa yang disebut ‘serangan daging,’ di mana mereka dengan cepat tewas," tulis Sybiha di platform X.
Beberapa negara Afrika mulai merespons temuan tersebut. Pemerintah Afrika Selatan menyatakan akan menyelidiki keterlibatan 17 warganya yang diketahui bergabung dengan kelompok tentara bayaran setelah mengirimkan permintaan bantuan untuk bisa pulang.
Sementara Kenya mengungkapkan warganya sempat ditahan di kamp militer Rusia setelah tanpa sadar terseret ke dalam konflik.
Sybiha menambahkan bahwa total jumlah warga Afrika yang direkrut kemungkinan lebih besar dari 1.436 orang yang telah teridentifikasi dan berasal dari 36 negara. Ia juga menyebut sebagian besar tentara bayaran asing yang kini ditahan Ukraina ditangkap saat menjalani misi tempur pertama mereka.
Ukraina berencana memberikan informasi lebih rinci mengenai negara dan wilayah asal para perekrut asing tersebut dalam waktu dekat.
BERITA TERKAIT: