Ribuan demonstran turun ke jalan-jalan ibu kota Antananarivo pada Jumat, 3 Oktober 2025, dalam aksi yang hampir terjadi setiap hari. Gerakan yang menamakan diri “Gen Z” ini menuntut Rajoelina mundur karena dianggap gagal menyediakan layanan dasar seperti air dan listrik.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sedikitnya 22 orang telah tewas sejak aksi protes dimulai pada 25 September. Pada Jumat, polisi kembali menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa, sebagaimana terlihat dalam rekaman Real TV Madagaskara.
Dalam pidato yang disiarkan di laman Facebook-nya, Rajoelina menyerukan ketenangan dan dialog. “Tidak ada yang diuntungkan dari kehancuran bangsa ini. Saya berdiri di sini, siap mendengarkan dan mencari solusi bagi Madagaskar,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.
Rajoelina juga menuding, tanpa bukti jelas, bahwa beberapa politisi mencoba memanfaatkan situasi untuk merebut kekuasaan. Ia mengklaim ada upaya kudeta yang dirancang ketika dirinya menghadiri sidang Majelis Umum PBB di New York pekan lalu.
“Beberapa orang ingin menghancurkan negara kita,” katanya, tanpa menyebut siapa yang ia maksud.
Gerakan Gen Z menolak tudingan tersebut dan menyebut pidato presiden sebagai “tidak masuk akal”. Mereka memberi waktu 24 jam kepada Rajoelina untuk merespons tuntutan rakyat, atau mereka akan mengambil “segala tindakan yang diperlukan”.
Rajoelina pertama kali naik ke tampuk kekuasaan lewat kudeta tahun 2009, kemudian terpilih sebagai presiden pada 2018 dan kembali menang dalam pemilu 2023.
BERITA TERKAIT: