Gebrakan Diplomasi Prabowo di PBB Pecahkan Tabu Pasca-Kolonial

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Jumat, 26 September 2025, 10:09 WIB
Gebrakan Diplomasi Prabowo di PBB Pecahkan Tabu Pasca-Kolonial
Presiden RI Prabowo Subianto di KTT Two State Solution PBB pada Senin waktu setempat, 22 September 2025 (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)
rmol news logo Pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuai perhatian publik. 

Dalam pernyataannya, Prabowo menyebut rakyat Indonesia di masa penjajahan pernah diperlakukan lebih hina daripada seekor anjing.

“Bangsa saya mengenal betul penderitaan itu. Selama berabad-abad, rakyat Indonesia hidup di bawah penjajahan, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih hina daripada anjing di tanah air kami sendiri,” ujar Prabowo di Markas PBB, New York, Selasa, 23 September 2025. 

Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, menilai pilihan kata Presiden Prabowo itu sebagai gebrakan diplomasi yang berani dan belum pernah terjadi di forum dunia sekelas PBB.

“Kosa kata  yang ringkas dan sangat kuat secara  psikologis ini sangatlah mengagetkan publik, karena dikemukakan untuk pertama kalinya  oleh seorang Presiden di forum akbar PBB. Bahkan  kosa kata seperti diatas tidak pernah terdengar dalam berbagai forum PBB maupun Gerakan Non Blok sekalipun,” jelas Teuku kepada RMOL, Jumat, 26 September 2025.

Menurut Teuku, apa yang disampaikan Prabowo sesungguhnya merefleksikan keberanian negara pasca-kolonial untuk bersuara lantang terhadap bekas penjajah mereka.

“Bagi negara yang pernah terjajah, pernyataan Presiden Prabowo di atas tidak pernah terlintas dalam benak mereka, karena mereka masih sungkan pada para mantan penjajah mereka,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pidato Prabowo sulit dibantah karena jejak sejarah maupun bukti digital masih hidup dalam ingatan kolektif bangsa-bangsa bekas jajahan.

“Membantah pernyataan Presiden Prabowo justru akan semakin mempermalukan para mantan penjajah sendiri, karena semakin mereka mengelak, akan terjawab dengan mudah oleh bukti-bukti digital yang baru, disertai kesaksian berbagai generasi sekaligus,” terang Teuku.

Ia menambahkan, gebrakan diplomasi ini berpotensi menyadarkan negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin untuk kembali menghidupkan semangat solidaritas sebagaimana dicita-citakan dalam Deklarasi Bandung 1955.

“Keberanian Presiden Prabowo bersuara lantang ini menempatkan dirinya sebagai penyambung lidah masyarakat Asia, Afrika, dan Latin Amerika, sehingga memperkuat posisi psikologis bersama dalam berhubungan dengan negara-negara yang berpotensi menjajah mereka kelak di kemudian hari,” pungkas Teuku.rmol news logo article 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA