Dalam pernyataan resminya pada Kamis, 4 September 2025, Schill mengakui adanya perbedaan pendapat dengan pemerintah federal. Ia menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyerahkan kepemimpinan kepada orang baru.
“Masih banyak masalah yang sulit. Terutama di tingkat federal,” tulis Schill, dikutip dari Al Jazeera, Jumat, 5 September 2025.
Schill juga meminta penggantinya untuk menjaga reputasi dan misi akademik Northwestern, salah satu universitas bergengsi di utara Chicago, Illinois.
“Sangat penting bagi kita untuk terus melindungi misi penelitian dan keunggulan Universitas sambil menjaga kebebasan, integritas, dan independensi akademik,” ujarnya.
Schill memimpin universitas swasta tersebut hampir tiga tahun. Masa kepemimpinannya diwarnai berbagai tantangan, termasuk skandal di departemen atletik terkait perpeloncoan, pelecehan seksual, dan rasisme.
Selain itu, Northwestern juga menuai kritik keras dari kalangan konservatif pada 2024, ketika Schill membuat kesepakatan dengan mahasiswa pro-Palestina yang memprotes perang Israel di Gaza. Kesepakatan itu dicapai pada April 2024, di tengah gelombang aksi protes di banyak kampus di AS.
Sebagai imbalannya atas pembongkaran tenda protes dan pembatasan durasi demonstrasi, Schill setuju membentuk kembali komite penasihat untuk meninjau investasi universitas, menanggapi desakan mahasiswa agar kampus menarik investasi dari Israel.
Kesepakatan damai itu dinilai lebih baik dibandingkan intervensi polisi, yang dilakukan beberapa universitas lain. Bahkan, kesepakatan serupa kemudian diikuti kampus besar lain, termasuk Universitas Johns Hopkins.
Namun, Presiden Trump justru berupaya menghukum universitas-universitas yang menjadi pusat protes pro-Palestina. Ia berulang kali menuding demonstrasi tersebut menciptakan lingkungan belajar yang tidak aman bagi mahasiswa dan staf Yahudi.
BERITA TERKAIT: