Kepergiannya memunculkan spekulasi luas bahwa ia mungkin tidak akan hadir saat sidang vonis pada 9 September mendatang.
Keberangkatan Thaksin, 76 tahun, terjadi sehari sebelum parlemen Thailand memilih perdana menteri baru sekaligus membentuk pemerintahan baru.
Partai Pheu Thai yang didirikan Thaksin diperkirakan akan kehilangan kekuasaan setelah popularitasnya anjlok akibat kasus etik yang menjerat Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra (putri Thaksin) hingga dicopot dari jabatannya pekan lalu.
Jet pribadi Thaksin, Bombardier Global 7500 dengan nomor registrasi T7GTS, lepas landas dari Bandara Don Mueang Bangkok sekitar pukul 19.00 waktu setempat.
Awalnya pesawat diarahkan ke Singapura untuk pemeriksaan kesehatan, namun batal mendarat karena bandara sudah ditutup. Setelah sempat berputar di udara, pesawat akhirnya menuju Dubai.
Dalam unggahan di X, Thaksin menjelaskan bahwa ia akan ke Dubes untuk menemui dokter ortopedi dan pulmonologi.
“Sejak pendaratan di Singapura tidak lagi memungkinkan, saya memutuskan untuk meminta pilot mengubah rute ke Dubai. Di Dubai saya memiliki dokter ortopedi dan pulmonologi yang biasa menangani saya,” tulis Thaksin, seperti dimuat
CNN. Pihak kepolisian menyatakan bahwa imigrasi sempat menahan Thaksin beberapa jam sebelum keberangkatan, tetapi dipastikan tidak ada larangan hukum yang menghalangi perjalanannya.
Thaksin sebelumnya menghabiskan 15 tahun dalam pengasingan sukarela setelah digulingkan melalui kudeta militer pada 2006.
Ia divonis bersalah atas penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi, meski selalu menegaskan tuduhan itu bermotif politik.
Pada 2023, ia kembali ke Thailand dan langsung dijatuhi hukuman 8 tahun penjara. Namun, Raja Maha Vajiralongkorn kemudian mengurangi hukumannya menjadi 1 tahun, dan Thaksin dibebaskan bersyarat setelah enam bulan.
Meski demikian, ia tak pernah mendekam di sel tahanan, melainkan dirawat di ruang khusus Rumah Sakit Polisi Bangkok, yang menimbulkan tudingan adanya perlakuan istimewa.
Kini, dengan putrinya Paetongtarn terdepak dari kursi perdana menteri, masa depan politik keluarga Shinawatra berada di ujung tanduk.
Sementara itu, parlemen Thailand dijadwalkan memilih perdana menteri baru pada hari ini, Jumat, 5 September 2025.
Kandidat Pheu Thai, Chaikasem Nitisiri, diprediksi kalah bersaing dengan Anutin Charnvirakul, pemimpin Partai Bhumjaithai. Anutin mendapat dukungan penting dari Partai Rakyat (People’s Party), reinkarnasi dari Partai Move Forward yang dibubarkan.
BERITA TERKAIT: