Namun, kelompok tersebut menegaskan, koordinasi hanya bisa dilakukan apabila Israel memenuhi sejumlah persyaratan.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menuntut agar Israel membuka secara permanen koridor kemanusiaan dan menghentikan serangan udara selama proses penyaluran bantuan berlangsung.
“Hamas siap berkoordinasi dengan Palang Merah untuk menyalurkan bantuan kepada para sandera, tetapi Israel harus terlebih dahulu membuka jalur kemanusiaan secara permanen dan menghentikan agresinya,” demikian pernyataan Hamas, seperti dikutip dari
Reuters, Senin, 4 Agustus 2025.
Menurut pejabat Israel, sekitar 50 sandera masih ditahan di Gaza, dengan hanya sekitar 20 yang diyakini masih hidup.
Hingga kini, Hamas melarang organisasi kemanusiaan untuk mengakses para sandera, sementara keluarga mereka hampir tidak mendapatkan informasi terkait kondisi orang-orang yang ditahan.
Kontroversi semakin memanas setelah Hamas merilis video kedua dalam dua hari berturut-turut pada Sabtu, 2 Agustus 2025, menampilkan sandera Israel, Evyatar David, yang tampak sangat kurus.
Dalam video itu, David terlihat menggali lubang yang disebut sebagai kuburannya sendiri. Rekaman tersebut memicu kemarahan internasional.
Presiden Irlandia Michael D. Higgins mengecam video tersebut sebagai tindakan kekejaman yang mengejutkan.
Sementara itu, Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat juga menyatakan kemarahan mereka atas kondisi para sandera.
Israel merespons dengan meminta peran lebih aktif dari Palang Merah.
“Saya telah meminta Palang Merah untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada para sandera,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam percakapannya dengan kepala delegasi lokal ICRC di Swiss.
Forum Keluarga Sandera yang mewakili keluarga korban menegaskan bahwa Hamas harus bertanggung jawab penuh atas keselamatan mereka.
“Komentar Hamas tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa mereka telah menahan orang-orang tak bersalah dalam kondisi mustahil selama lebih dari 660 hari. Sampai pembebasan mereka, Hamas berkewajiban menyediakan semua yang mereka butuhkan. Setiap sandera yang meninggal akan berada di tangan Hamas,” demikian bunyi pernyataan forum tersebut.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar sesi khusus pada Selasa pagi, 5 Agustus 2025 untuk membahas situasi para sandera di Gaza, menyusul meningkatnya desakan dari negara-negara Barat.
BERITA TERKAIT: