Atas Dorongan Trump, Thailand-Kamboja Siap Mulai Negosiasi Damai

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/hani-fatunnisa-1'>HANI FATUNNISA</a>
LAPORAN: HANI FATUNNISA
  • Senin, 28 Juli 2025, 12:21 WIB
Atas Dorongan Trump, Thailand-Kamboja Siap Mulai Negosiasi Damai
Presiden AS Donald Trump/Net
rmol news logo Para pemimpin Thailand dan Kamboja dijadwalkan bertemu pada Senin, 28 Juli 2025, untuk menggelar perundingan damai pertama sejak pecahnya bentrokan paling mematikan antara kedua negara dalam lebih dari satu dekade.

Pertemuan ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakan tekanan ekonomi, termasuk ancaman tarif, untuk mendesak gencatan senjata.

Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, akan menggelar pertemuan di kantor Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur pukul 15.00 waktu setempat. 

Malaysia memfasilitasi dialog ini dalam kapasitasnya sebagai Ketua ASEAN.

Perundingan ini digelar kurang dari 48 jam setelah Presiden Trump menyatakan bahwa kedua pemimpin telah sepakat untuk segera menyusun gencatan senjata. 

Dalam pernyataannya, Trump menuturkan bahwa ia melakukan panggilan langsung dengan kedua pemimpin Asia Tenggara itu pada Sabtu, 26 Juli lalu. 

“Saya menelepon perdana menteri masing-masing dan berkata, ‘Kita tidak akan membuat kesepakatan dagang kecuali kalian menyelesaikan perang.’ Banyak orang yang tewas. Dan saya pikir pada saat itu saya turun tangan, mereka ingin menyelesaikannya sekarang,” ujar Trump dalam pernyataan, seperti dimuat Bloomberg.

Trump juga menyampaikan harapan bahwa kesepakatan damai akan membuka jalan bagi perjanjian perdagangan baru dengan kedua negara.

“Ketika semuanya selesai, dan perdamaian sudah di depan mata, saya berharap dapat menyelesaikan Perjanjian Perdagangan kita dengan keduanya!,” tulisnya di platform Truth Social.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa para pejabat AS telah berada di Malaysia untuk membantu proses diplomatik tersebut. Tiongkok, yang juga merupakan mitra dagang utama Thailand dan Kamboja, serta sekutu erat Phnom Penh, juga dijadwalkan hadir dalam pembicaraan.

“Baik Presiden Trump maupun saya tetap berkomunikasi dengan mitra kami masing-masing dan memantau situasi dengan sangat cermat. Kami ingin konflik ini berakhir sesegera mungkin," ujarnya.

Ancaman tarif AS memicu maraton diplomatik pada 27 Juli, yang mendorong Malaysia untuk memediasi. Anwar Ibrahim akhirnya berhasil meyakinkan kedua pihak untuk duduk bersama.

Sementara itu, bentrokan berlanjut hingga Senin dini hari. Tentara Thailand melaporkan kontak senjata di beberapa titik perbatasan, sedangkan Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh pasukan Thailand menggunakan penembakan berat di dua lokasi sejak pukul 03.00 dini hari.

Thailand dan Kamboja memiliki sejarah konflik perbatasan yang memanas, termasuk bentrokan berdarah tahun 2011. Konflik saat ini dipicu oleh sengketa lama atas batas wilayah, yang berasal dari interpretasi berbeda atas peta kolonial Prancis-Siam awal abad ke-20.

Konflik yang berlangsung sejak 24 Juli telah menewaskan lebih dari 30 orang dan memaksa lebih dari 150.000 warga sipil mengungsi. Thailand mencatat 22 korban tewas, termasuk delapan tentara, sementara Kamboja melaporkan 13 kematian, termasuk lima personel militer.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA