Dalam insiden tersebut, lebih dari 55.000 orang tewas dan lebih dari 100.000 lainnya luka-luka akibat dua gempa bumi besar yang mengguncang kawasan Tenggara negara itu.
Menurut pengakuan Google kepada
BBC pada Senin, 28 Juli 2025, sistem Android Earthquake Alerts (AEA) gagal mengirimkan peringatan tingkat tinggi “Ambil Tindakan” kepada sekitar 10 juta orang yang berada dalam radius 158 kilometer dari episentrum gempa berkekuatan 7,8 magnitudo.
Padahal, sistem itu seharusnya memberikan waktu hingga 35 detik bagi pengguna untuk menyelamatkan diri.
Namun, pada kenyataannya, hanya 469 notifikasi "Ambil Tindakan" yang terkirim. Sebaliknya, sekitar 500.000 pengguna menerima peringatan tingkat rendah “Waspada”, yang dirancang untuk guncangan ringan dan tidak membunyikan alarm darurat.
“Sistem ini seharusnya membangunkan orang-orang dari tidur mereka, namun kenyataannya tidak terjadi,” tulis laporan
BBC, menyoroti fakta bahwa gempa terjadi pukul 04.17 waktu setempat, saat banyak orang masih tertidur.
Pihak Google menyatakan bahwa "sistem sudah aktif” pada saat gempa terjadi, namun mengalami “keterbatasan algoritma deteksi” yang menyebabkan gempa pertama diremehkan sebagai guncangan 4,5 hingga 4,9 magnitudo. Padahal, kenyataannya jauh lebih besar.
"Kami terus meningkatkan sistem berdasarkan apa yang kami pelajari dari setiap gempa bumi," ujar juru bicara Google.
Kegagalan ini menjadi sorotan karena lebih dari 70 persen ponsel di Turki menggunakan sistem Android, sehingga ketergantungan masyarakat terhadap sistem peringatan Google cukup tinggi.
Peneliti Google kemudian melakukan simulasi ulang gempa setelah memperbarui algoritma. Hasilnya, sistem baru menghasilkan 10 juta peringatan “Ambil Tindakan” dan 67 juta peringatan “Waspada” untuk wilayah terdampak, menunjukkan bahwa peningkatan signifikan sebenarnya mungkin dilakukan.
Google menekankan bahwa AEA dimaksudkan sebagai pelengkap, bukan pengganti sistem nasional. Namun, sebagian ilmuwan khawatir bahwa beberapa negara terlalu bergantung pada teknologi perusahaan swasta yang belum sepenuhnya teruji.
Saat ini, sistem AEA diklaim telah memberikan peringatan di 98 negara, namun efektivitas dan akurasinya kini terus dipertanyakan, terutama setelah insiden di Turki.
BBC melaporkan bahwa mereka belum mendapat tanggapan dari Google terkait kinerja sistem tersebut dalam gempa terbaru yang mengguncang Myanmar pada 2025.
BERITA TERKAIT: