Hal tersebut dikatakan Airlangga saat mewakili Presiden Prabowo Subianto dalam Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting yang berlangsung di Ankara, Turki pada Kamis 10 April 2025.
“Indonesia dan Turki perlu memperkuat kerjasama ekonomi serta melihat potensi yang masih sangat besar antara kedua negara, di tengah ketidakpastian global dan tren proteksionisme yang baru saja dilakukan oleh Amerika Serikat,“ kata Menko Airlangga.
Kegiatan ini digelar di sela-sela Kunjungan Kenegaraan Presiden Prabowo ke Turki, yang mencakup pertemuan bilateral dengan Presiden Recep Tayyip Erdo?an serta partisipasi dalam forum Antalya Diplomacy Forum.
Pertemuan bisnis yang difasilitasi oleh KADIN Indonesia dan The Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEIK) ini mempertemukan lebih dari 50 pemimpin perusahaan dari kedua negara.
Mereka berasal dari berbagai sektor strategis seperti pertahanan, teknologi, infrastruktur, energi, kesehatan, pendidikan vokasi, hingga pengembangan sumber daya manusia.
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga menambahkan bahwa stabilitas fundamental ekonomi serta konsumsi domestik yang tinggi di kedua negara menjadi modal penting dalam memperluas kemitraan.
Terlebih, tahun 2025 menandai 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Turki, yang menjadi momen tepat untuk meningkatkan kerja sama ke tahap yang lebih strategis.
Adapun nilai perdagangan Indonesia-Turki pada 2024 tercatat sekitar 2,4 miliar Dolar AS. Namun, presiden dari kedua negara telah menetapkan target ambisius untuk meningkatkan nilai perdagangan menjadi 10 miliar Dolar AS.
Dalam rangka mencapai target tersebut, Airlangga mendorong percepatan finalisasi perjanjian perdagangan terbatas atau limited preferential trade agreement.
Perjanjian ini diharapkan dapat memberikan kemudahan tarif maupun non-tarif terhadap sejumlah produk utama, dengan waktu negosiasi yang lebih singkat.
“Turki melihat Indonesia sebagai mitra utama dan hub bagi perdagangan di kawasan ASEAN,” kata Deputi Menteri Perdagangan Ozgur Volkan Agar dalam kesempatan yang sama.
Ia menegaskan pentingnya percepatan perjanjian perdagangan antara kedua negara, mengingat Turki telah memiliki kesepakatan serupa dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Vietnam.
Di sisi lain, Indonesia juga dapat memanfaatkan posisi strategis Turki sebagai pintu masuk menuju pasar Uni Eropa, termasuk dalam kerangka perundingan Indonesia-Uni Eropa CEPA.
Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki, Ibrahim Yukmali, juga menyoroti peluang besar kerja sama perdagangan produk agrikultur antara kedua negara.
“Potensi produk Pertanian Turki untuk bisa masuk ke pasar Indonesia, dan sebaliknya Turki juga terbuka terhadap ekspor produk pertanian dan kehutanan Indonesia ke pasar Turki,” jelas Ibrahim Yukmali.
Menurutnya, produk-produk tersebut dapat menjadi bahan baku penting bagi industri makanan dan minuman serta kerajinan di Turki. Ia juga menegaskan bahwa kebijakan proteksionisme global justru berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi dunia.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua Umum KADIN Indonesia Anindya Bakrie, Duta Besar RI untuk Turki Achmad Rizal Purnama, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Umar Hadi, serta Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso.
BERITA TERKAIT: