Kepada Airlangga, Abdulnasser mengaku telah menyepakati kerja sama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) untuk memperluas Smelter di utara Sumatera hingga 400.000 Ton/ tahun.
Namun proyek kerja sama tersebut belum terealisasi karena faktor tingginya biaya listrik dan pasokan listrik rendah karbon, yang digunakan untuk memproduksi aluminium hijau.
EGA, kata dia, menggunakan solar panel sebagai sumber tenaga pengolahan aluminium dan berencana membangun pembangkit listrik bertenaga nuklir dengan kapasitas hingga 5 GW.
Dengan kemampuan tersebut, maka kerja sama dengan Indonesia diyakini dapat direalisasikan.
“Dengan kemampuan dan teknologi maju yang kami gunakan, dan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia akan menghasilkan alumina terbaik dalam jumlah yang besar," lanjut Abdulnasser.
Sementara itu, Menko Airlangga mengaku akan berkoordinasi dengan Inalum untuk menindaklanjuti kerja sama yang sebelumnya sudah disepakati.
“Kerja sama perlu dilakukan dengan pihak lain seperti PLN untuk mengembangkan tenaga listrik rendah karbon guna memenuhi pasokan listrik yang mencukupi untuk produksi aluminium," lanjut Airlangga.
Menko Airlangga menegaskan, kerja sama tersebut harus memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia dan melibatkan sektor swasta di Indonesia.
“Perlu dipastikan bahwa kerja sama sektor Alumunium ini memiliki dampak ekonomi yang besar terutama dalam penciptaan lapangan kerja," pungkas Airlangga.
BERITA TERKAIT: