Seperti dikutip dari
Reuters, Sabtu (14/9), topan besar yang menyebabkan banjir dan tanah longsor itu juga telah membuat 100 orang hilang, dengan 800 orang lainnya mengalami luka-luka.
Di Vietnam utara, sejumlah wilayah sampai saat ini masih terendam banjir, begitu juga dengan beberapa distrik di ibu kota Hanoi.
Pemerintah kota Hanoi sebelumnya juga telah mengevakuasi ribuan orang yang tinggal di dekat Red River yang meluap, di mana ketinggian air sempat naik ke level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
"Banyak kesedihan di kota ini dan kekhawatiran menjelang malam. Banyak orang yang hampir tidak memiliki apa pun, kini kehilangan segalanya," kata CEO Yayasan Anak-anak Blue Dragon, Skye Maconachie.
Tanah longsor dan banjir telah menggenangi lebih dari 200 ribu hektar sawah dan tanaman di Vietnam utara. Topan Yagi juga berdampak pada pasokan listrik dan pabrik di provinsi Haiphong dan Quang Ninh.
Sejauh ini Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada laporan WNI terdampak topan Yagi di Vietnam.
"KBRI (Kedutaan Besar RI) Hanoi telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan simpul masyarakat Indonesia," kata Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha.
BERITA TERKAIT: